ABSES HEPAR
Dibawakan Dalam Rangka Menyelesaikan Tugas Clerkship di Bagian ILMU PENYAKIT DALAM Universitas Hasanuddin Makassar 2012
I. PENDAHULUAN
Abses hepar masih merupakan masalah
kesehatan dan sosial pada beberapa negara berkembang. Prevalensi yang tinggi
sangat erat hubungannya dengan sanitasi yang jelek, status ekonomi yang rendah,
serta gizi yang buruk. Meningkatnya arus urbanisasi menyebabkan bertambahnya
kasus abses hepar di daerah perkotaan. Di negara yang sedang berkembang abses
hepar amebik lebih sering didapatkan secara endemik dibanding dengan abses
hepar piogenik. Hati adalah organ yang paling sering untuk
terjadinya abses. Dari suatu studi di Amerika, didapatkan 13% abses hepar
merupakan abses soliter, sedangkan abses lobus kiri hanya 10% yang merupakan
abses yang soliter, hal ini dapat terjadi dari penyebaran hematogen maupun
secara langsung dari tempat terjadinya infeksi didalam rongga peritoneum.1,2
Secara umum abses hepar terdiri
atas dua jenis, yaitu : abses hepar amebik (AHA) dan abses hepar piogenik (AHP).
Abses hepar amebik merupakan salah satu komplikasi amebiasis ekstraintestinal
yang paling sering dijumpai di daerah tropis/subtropik termasuk di Indonesia.
Abses hepar amebik lebih sering
terjadi di daerah endemik negara berkembang dibandingkan abses hepar piogenik.
Angka kejadian abses hepar piogenik lebih tinggi dibandingkan abses hepar
amebik, angka kejadian abses hati amebik hanya sekitar 20% dari semua abses
hepar. Abses hepar amebik terutama
disebabkan oleh Entamoeba Histolytica, sedangkan
abses hepar piogenik paling banyak
disebabkan oleh bakteri gram negatif, yang terbanyak yaitu Escherichia coli, Klebsiella
Pnemoniae, juga terjadi akibat komplikasi apendisitis ataupun dari sistem
billiaris.1,2,3
II.
DEFINISI
Abses hepar adalah bentuk infeksi pada hati
yang disebabkan oleh karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis
steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya
proses supurasi dengan pembentukan pus yang terdiri darijaringan hati
nekrotik,sel-sel inflamasi atau sel darah diparenkim hati.1
III. ETIOLOGI
a.
Abses Hepar Amebik (AHA)
Penyebab utama abses hepar amebik adalah Entamoeba Histolytia dan merupakan komplikasi
ekstraintestinial dari Entamoeba
Histolytica yang dapat menimbulkan pus dalam hati.4
Gambar 1.1. Entamoeba
Histolytica Bentuk Tropozoit
Komplikasi ekstraintestinal yang paling sering
terjadi akibat infeksi Entamoeba
histolytica adalah amebiasis intestinalis klinis. Entamoeba histolytica adalah protozoa usus kelas Rhizopoda yang
mengadakan pergerakan menggunakan pseudopodi atau kaki semu. Terdapat 3 bentuk
parasit yaitu: bentuk tropozoit, bentuk kista, dan bentuk prakista. Tropozoit
adalah bentuk yang aktif bergerak dan bersifat invasif, dapat tumbuh dan berkembang
biak, aktif mencari makanan,dan mampu memasuki organ dan jaringan. Bentuk kista
Entamoeba Histolytica bulat, dengan
dinding kista dari hialin, tidak aktif bergerak . Terdapat dua ukuran kista,
yaitu minutaform yang berukuran
<10 mikron, dan magnaform yang
berukuran > 10 mikron. Kista yang berukuran <10 mikron disebut Entamoeba hartamani yang ditemukan dalam
tinja,tidak patogen untuk manusia. Kista yang sudah matang mempunyai empat inti
dan merupakan bentuk infektif yang dapat ditularkan pada manusia, dan tahan
terhadap asam lambung. 6
Gambar 1.2. Daur Hidup Entamoeba Histolytica.7
a.
Abses Hepar Piogenik (AHP)
Penyebab utama abses hepar piogenik adalah bakteri Escherichia Coli. Selain Escherichia
Coli, organisme lain yang didapatkan adalah Klebsiella, Staphylococcus Aureus, Proteus, Pseudomonas, dan
bakteri anaerob. 3,8
Gambar 1.3. Escherichia Coli. 9
Infeksi dari hati dapat juga berasal dari : 1,2,8
1.
Sistem
biliaris langsung dari kandung empedu atau melalui saluran-saluran empedu.
Infeksi pada saluran empedu yang mengalami obstruksi naik ke cabang saluran
empedu intrahepatik yang menyebabkan kolangitis yang menimbulkan kolangitis
dengan akibat abses multipel. Abses hati piogenik multiple terdapat pada 50%
kasus, hati dapat membengkak dan daerah yang mengandung abses menjadi pucat
kekuningan, berbeda dengan hati sehat disekitarnya yang berwarna merah tua.
Kebanyakan terdapat pada lobus kanan dengan perbandingan lima kali lobus kiri.
2.
Infeksi
melalui sistem porta. Sepsis intra-abdomen, terutama apendisitis,
divertikulitits, disentri basiler, infeksi daerah pelvik, hemoroid yang
terinfeksi dan abses perirektal merupakan penyebab utama abses hepar piogenik.
Pada umumnya berawal sebagai pileflebitis perifer disertai pernanahan dan
thrombosis yang kemudian menyebar melalui vena porta ke dalam hati.
3.
Hematogen
melalui arteri hepatika. Trauma tajam atau tumpul dapat mengakibatkan laserasi,
perdarahan, dan nekrosis jaringan hati serta ekstravasasi cairan empedu yang
mudah terinfeksi. Hematoma subkapsuler dapat juga mengundang infeksi dan
menimbulkan abses yang soliter dan terlokalisasi.
IV. ANATOMI DAN FISIOLOGI
a.
Anatomi Hepar
Hati adalah organ terbesar intestinal dengan
berat antara 1.200 gram – 1.800 gram atau kurang lebih 25% berat badan orang
dewasa, dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi kompleks yang
menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen. Hati merupakan organ lunak
yang lentur dan memiliki permukaan superior yang cembung dan terletak di bawah
kubah kanan diafragma dan sebagian kubah kiri. Bagian bawah hati berbentuk
cekung dan merupakan atap dari ginjal kanan, lambung, pankreas, dan usus. 11
Gambar 1.4. Hepar terlihat dari posisi anterior
Hati memiliki dua lobus utama yaitu :
lobus kanan dan lobus kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan
posterior oleh fisura segmentalis kanan yang tidak terlihat dari luar. Lobus
kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum falsiformis yang
terlihat dari luar. Ligamentum
falsiformis berjalan dari hati ke diafragma dan dinding depan abdomen.
Permukaan hati diliputi oleh peritoneum viseralis, kecuali daerah kecil pada
permukaan posterior yang melekat langsung pada diafragma. Beberapa ligamentum
yang merupakan peritoneum membantu menyokong hati. Dibawah peritoneum terdapat
jaringan ikat padat yang disebut sebagai kapsula
Glisson, yang meliputi permukaan seluruh organ, bagian paling tebal kapsula
ini terdapat pada porta hepatis, membentuk rangka untuk cabang vena porta,
arteri hepatika, dan saluran empedu. Porta
hepatis adalah fisura pada hati tempat masuknya vena porta dan arteri
hepatika serta tempat keluarnya duktus hepatika.11,13
Gambar
1.5. Hepar.14
Batas atas hati berada sejajar dengan
ruang interkostal V kanan, dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan
ke iga VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah
transversal sepanjang 5 cm dari porta hepatis. Omentum minor terdapat mulai dari
sistem porta yang mengandung arteri hepatika, vena porta, dan duktus koledokus.
11
Gambar
1.6. Lobus Hepar dan Ligamen.14
Sistem porta terletak di depan vena kava
dan di balik kandung empedu. Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya perlekatan
ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan kanan yang berukuran kira-kira 2 kali
lobus kiri. Pada daerah antara ligamentum falsiform dengan kandung empedu di
lobus kanan kadang-kadang dapat ditemukan lobus kuadratus dan sebuah daerah
yang disebut sebagai lobus kaudatus yang biasanya tertutup oleh vena kava
inferior dan ligamentum venosum.11
Struktur Mikroskopis
Setiap
lobus hati terbagi menjadi struktur-struktur yang disebut sebagai lobulus, yang
merupakan unit mikroskopis dan fungsional organ. Setiap lobulus merupakan badan
heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng sel hati berbentuk kubus, tersusun
radial mengelilingi vena sentralis yang mengalirkan darah dari lobulus. Hati
manusia memiliki maksimal 100.000 lobulus. Diantara lempengan sel hati terdapat
kapiler-kapiler yang disebut sebagai sinusoid,
yang merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika. Tidak seperti kapiler
lain, sinusoid dibatasi oleh sel fagositik atau sel Kupffer. Sel Kuppfer
merupakan sistem monosit-makrofag, dan fungsi utamanya adalah menelan bakteri
dan benda asing lain dalam darah. Sejumlah 50 % dari semua makrofag dalam hati
adalah sel Kuppfer, sehingga hati merupakan salah satu organ penting dalam
pertahanan melawan invasi bakteri dan agen toksik. Selain cabang-cabang vena
porta dan arteria hepatika yang melingkari bagian perifer lobulus hati, juga
terdapat saluran empedu. Saluran empedu interlobular membentuk kapiler empedu
yang sangat kecil yang disebut sebagai kanalikuli, yang berjalan ditengah
lempengan sel hati. Empedu yang dibentuk dalam hepatosit diekskresi ke dalam
kanalikuli yang bersatu membentuk saluran empedu yang makin lama makin besar
hingga menjadi duktus koledokus.16
a. Fisiologi
Hepar
Fungsi hati sebagai organ
keseluruhannya diantaranya adalah ikut mengatur keseimbangan cairan dan
elektrolit, ikut mengatur volume darah, dan sebagai alat penyaring (filter)
semua makanan dan berbagai macam substansia yang telah diserap oleh intestinal
yang akan dialirkan ke organ melalui
sistem portal. Selain itu sel- sel hati berfungsi sebagai pusat metabolisme
diantaranya (metabolisme hidrat arang, protein, lemak, empedu), Sebagai alat
penyimpan vitamin dan bahan makanan hasil metabolisme, sebagai alat sekresi
untuk keperluan badan (seperti enzim, glukosa, protein, faktor koagulasi dan
empedu). Adapun sel kuppfer berfungsi sebagai sel retikuloendotelial yang
mengurai Hb menjadi bilirubin, membentuk α- globulin dan immune bodies, dan
sebagai alat fagositosis terhadap bakteri dan elemen makromolekular.13
V. PATOGENESIS
a. Abses
Hepar Amebik (AHA)
Penularan
abses hepar amebik terjadi secara fekal-oral, dengan masuknya kista infektif
bersama makanan atau minuman yang tercemar tinja penderita atau tinja karier
amebiasis. 6,14
Gambar 1.6. Abses Hepar Amebik.17
Di dalam
usus, oleh pengaruh enzim tripsin dinding kista pecah. Di dalam sekum atau
ileum bagian bawah terjadi proses eksitasi, eksitasi adalah proses transformasi
dari bentuk kista ke bentuk tropozoit. Dalam proses eksitasi, satu kista
infektif yang berinti empat tumbuh menjadi delapan amubula, amubula menuju ke
jaringan submukosa usus besar, lalu tumbuh dan berkembang menjadi tropozoit.
Bentuk tropozoit dapat menginvasi jaringan, amoeba dapat menjadi pathogen
dengan mensekresi enzim cysteine protease, sehingga dapat melisiskan jaringan
maupun eritrosit dan menyebar ke seluruh organ secara hematogen dan
perkontinuinatum.6
Gambar 1.7. Abses Hepar Amebik.17
Amoeba yang masuk ke submukosa memasuki kapiler
darah, ikut dalam aliran darah melalui vena porta ke hati. Di hati Entamoeba Histolytica mensekresi enzim
proteolitik yang melisiskan jaringan hati dan membentuk abses. Lokasi yang
tersering adalah lobus kanan (70%-90%), kecenderungan ini diperkirakan akibat
penggabungan dari beberapa tempat infeksi mikroskopik, serta disebabkan karena
cabang vena porta kanan lebih lebar dan lurus dari pada cabang vena porta kiri.
Ukuran abses bervariasi, yaitu dari diameter 1-25 cm, dinding abses bervariasi
tebalnya, bergantung pada lamanya penyakit. Didaerah sentral dari abses terjadi
pencairan yang berwarna coklat kemerahan, yang disebut “anchovy sauce” yang terdiri dari jaringan hati nekrotik dan
berdegenerasi. Amoebanya dapat ditemukan pada dinding abses dan sangat jarang
ditemukan di dalam cairan di bagian sentral abses. Kira-kira 25 % abses hati
amoebik mengalami infeksi sekunder sehingga cairan absesnya menjadi purulen dan
berbau busuk.1,6,1
Terdapat
periode laten yaitu jarak waktu yang lamanya bervariasi kadang-kadang
sampai bertahun-tahun diantara kejadian infeksi pada usus dengan timbulnya
abses hati. Jarak waktu antara serangan di intestinal dengan timbulnya kelainan
di hati berbeda-beda. Bentuk yang akut dapat memakan waktu kurang dari 3
minggu, tetapi bentuk yang kronis lebih dari 6 bulan, bahkan mungkin sampai 57
tahun. Disamping itu hanya lebih kurang 10 % penderita abses hati yang dapat
ditemukan adanya kista E.histolytica
dalam tinjanya pada waktu yang bersamaan, bahkan dilaporkan 2-33 %. Faktor yang
berperan dalam keaktifan invasi amoeba ini belum diketahui dengan pasti tetapi
mungkin ada kaitannya dengan virulensi parasit, diit flora bakteri usus dan
daya tahan tubuh sesorang baik humoral maupun seluler.1,13
a. Abses
Hepar Piogenik (AHP)
Abses hepar piogenik paling sering
disebabkan oleh penyakit saluran empedu (35-45 % kasus). Perluasan infeksi di dalam perut
(divertikulitis, apendistis, penyakit crohn) melalui vena porta merupakan
penyebab untuk 20 % lainnya. Sisa kasus disebabkan oleh perluasan infeksi lokal
secara langsung, penyebaran hematogen lewat arteri hepatika dari tempat yang
jauh, atau penyebab idiopatik (10-20 %). 18,19
Gambar.1.7..
Abses Hepar Piogenik.20
Hati
menerima darah secara sistemik maupun melalui sirkulasi vena portal, hal ini
memungkinkan terinfeksinya hati oleh karena paparan bakteri yang berulang,
tetapi dengan adanya sel Kuppfer yang membatasi sinusoid hati akan menghindari
terinfeksinya hati oleh bakteri tersebut. Adanya penyakit pada sistem biliaris
sehingga terjadi obstruksi aliran empedu akan menyebabkan terjadinya
proliferasi bakteri. Adanya tekanan dan distensi kanalikuli akan melibatkan
cabang-cabang dari vena porta dan limfatik sehingga akan terbentuk formasi
abses filelebitis. Mikroabses yang terbentuk akan menyebar secara hematogen
sehingga terjadi bakteremia sistemik. Penetrasi akibat trauma tusuk akan
menyebabkan inokulasi bakteri pada parenkim hati sehingga terjadi abses hepar
piogenik. Penetrasi akibat trauma tumpul menyebabkan nekrosis hati, perdarahan
intrahepatik, dan terjadi kebocoran saluran empedu sehingga terjadi kerusakan
dari kanalikuli. Kerusakan kanalikuli menyebabkan masuknya bakteri ke hati dan
terjadi pertumbuhan bakteri dengan proses supurasi dan pembentukan pus.2
VI. MANIFESTASI KLINIS
a.
Abses Hepar Amebik (AHA)
Gejala
dapat timbul secara mendadak (bentuk akut), atau secara perlahan-lahan (bentuk
kronik). Dapat timbul bersamaan dengan stadium akut dari amebiasis intestinal
atau berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah keluhan intestinal
sembuh. Pada bentuk akut, gejalanya lebih nyata dan biasanya timbul dalam masa
kurang dari 3 minggu. Keluhan yang sering diajukan yaitu rasa nyeri di perut
kanan atas. Rasa nyeri terasa seperti tertusuk – tusuk dan panas, demikian
nyerinya sampai ke perut kanan. Dapat juga timbul rasa nyeri di dada kanan
bawah, yang mungkin disebabkan karena iritasi pada pleura diafragmatika. Pada
akhirnya dapat timbul tanda – tanda pleuritis. Rasa nyeri pleuropulmonal lebih
sering timbul pada abses hepatis jika dibandingkan dengan hepatitis. Rasa nyeri
tersebut dapat menjalar ke punggung atau skapula kanan. Pada saat timbul rasa
nyeri di dada dapat timbul batuk – batuk. Keadaan serupa ini timbul pada waktu
terjadinya perforasi abses hepatis ke paru – paru. Sebagian penderita mengeluh
diare. Hal seperti itu memperkuat diagnosis yang dibuat.3,9
Gejala demam
merupakan tanda yang paling sering ditemukan pada abses hepar. Gejala yang non
spesifik seperti menggigil, anoreksia, mual dan muntah, perasaan lemah badan
dan penurunan berat badan merupakan keluhan yang biasa didapatkan. Lebih dari
90 % didapatkan hepatomegali yang teraba nyeri tekan. Hati akan membesar kearah
kaudal atau kranial dan mungkin mendesak kearah perut atau ruang interkostal.
Pada perkusi diatas daerah hepar akan terasa nyeri. Konsistensi biasanya
kistik, tetapi bisa pula agak keras seperti pada keganasan. Pada tempat abses
teraba lembek dan nyeri tekan. Dibagian yang ditekan dengan satu jari terasa
nyeri, berarti tempat tersebutlah tempatnya abses. Rasa nyeri tekan dengan satu
jari mudah diketahui terutama bila letaknya di interkostal bawah lateral. Ini
menunjukkan tanda Ludwig positif dan
merupakan tanda khas abses hepatis. Abses yang besar tampak sebagai massa yang
membenjol didaerah dada kanan bawah. Batas paru-paru hepar meninggi. Pada kurang dari 10 % abses terletak di lobus
kiri yang sering kali terlihat seperti massa yang teraba nyeri di daerah
epigastrium. 3,8,10
Ikterus
jarang terjadi, kalau ada biasanya ringan. Bila ikterus hebat biasanya
disebabkan abses yang besar atau multipel, atau dekat porta hepatik. Pada
pemeriksaan toraks didaerah kanan bawah mungkin didapatkan adanya efusi pleura
atau “friction rub” dari pleura yang
disebabkan iritasi pleura.1,8,10
Gambaran
klinik abses hati amebik mempunyai spektrum yang luas dan sangat bervariasi,
hal ini disebabkan lokasi abses, perjalanan penyakit dan penyulit yang terjadi.
Pada satu penderita gambaran bisa berubah setiap saat. Dikenal gambaran klinik
klasik dan tidak klasik. 1
Gambaran klinik klasik didapatkan penderita mengeluh
demam dan nyeri perut kanan atas atau dada kanan bawah, dan didapatkan
hepatomegali yang nyeri. Gambaran klasik didapatkan pada 54-70 % kasus.1 Gambaran
klinik tidak klasik ditemukan benjolan di dalam perut (seperti bukan kelainan
hati misalnya diduga empiema kandung empedu atau tumor pankreas), Gejala renal
(keluhan nyeri pinggang kanan dan ditemukan masa yang diduga ginjal kanan),
ikterus obstruktif, kolitis akut, gejala
kardiak bila ruptur abses ke rongga perikardium, gejala pleuropulmonal, abdomen
akut.1
b.
Abses Hepar Piogenik (AHP)
Manifestasi
klinis AHP biasanya lebih berat dari pada abses hati amebik. Dicurigai adanya
AHP apabila ditemukan sindrom klinis klasik berupa nyeri spontan perut kanan
atas, yang ditandai dengan jalan membungkuk ke depan dengan kedua tangan
diletakkan di atasnya. Demam/panas tinggi merupakan keluhan paling utama dengan
tipe remiten, intermiten atau febris kontinu, keluhan lain yaitu nyeri pada
kuadran kanan atas abdomen (68 %), mual dan muntah (39%), berat badan menurun
(46%). Setelah pemakain antibiotik yang
adekuat, gejala dan manifestasi klinis AHP adalah malaise, demam yang tidak
terlalu tinggi dan nyeri tumpul pada abdomen yang menghebat dengan adanya
pergerakan. Apabila abses hati piogenik letaknya dekat dengan diafragma, maka
akan terjadi iritasi diafragma sehingga terjadi nyeri pada bahu sebelah kanan,
batuk ataupun terjadi atelektasis. Gejala lainnya adalah rasa mual dan muntah,
berkurangnya nafsu makan, terjadi penurunan berat badan, kelemahan badan,
ikterus, buang air besar berwarna seperti kapur dan buang air kecil berwarna
gelap.1,2
Pemeriksaan
fisis yang didapatkan febris biasa hingga demam/panas tinggi, pada palpasi
terdapat hepatomegali serta perkusi terdapat nyeri tekan hepar, yang diperberat
dengan adanya pergerakan abdomen,splenomegali didapatkan apabila AHP telah
menjadi kronik, selain itu bisa didapatkan asites, ikterus serta tanda-tanda
hipertensi portal. Adanya ikterus pada 24-52 % kasus biasanya menunjukkan
adanya penyakit sistem bilier yang disertai kolangitis dengan prognosis yang
buruk.1,2
**Kalau mau File Lengkapnya beserta Referensi.. email saja langsung ke vesicabilliaris@yahoo.com**
referensi plis :(
BalasHapusThanks infonya
BalasHapusSaya telah mengalami sakit di perut kiri.saya telah menjalani rawat inap di rumah sakit selama 12 hari.dari hasil USG dokter mengatakan saya terkena abses liver dgn ukuran 4,6×4,5.hasil usg memberi kesimpulan:hepatomegall ringan.massa densitas heterogen pada lobus kiri uk 4,6×4,5 cm.DD abcess.yang mau saya tanyakan adalah.apakah bisa sembuh total penyakit ini.dan mengapa setelah opname perut masih terasa penuh dan pusing.terima kasih jika telah memberikan info
BalasHapus