FORENSIK : PEMBAHASAN UJIAN PENGGANTUNGAN

1.    Pada pemeriksaan luar didapatkan :
1.1      Pada pemeriksaan mata di dapatkan kelopak mata kanan dan kelopak mata kiri tertutup. Penonjolan mata tidak ada. Pupil mata melebar pada kedua mata. Selaput bening (kornea) keruh dan selaput putih mata (sklera) keruh pada mata kanan dan mata kiri. Terdapat bintik-bintik perdarahan pada mata kanan dan mata kiri.
Pembahasan : Pupil mata melebar disebabkan oleh karena relaksasi dari muskulus pupilaris, walaupun ada sebagian ahli yang  menganggap ini sebagai proses rigor mortis. Diameter pupil sering dihubungkan dengan sebab kematian seperti lesi di otak atau intoksikasi obat seperti keracunan morphin dimana sewaktu hidup pupil menunjukkan kontraksi. Akan tetapi, Price memeriksa mata dari 1000 mayat dan menyimpulkan bahwa keadaan pupil tidak berhubungan dengan sebab kematian, dan kematian menyebabkan pupil menjadi dilatasi atau cadaveric position.(1,2)
      Kekeruhan pada selaput bening mata (kornea) akan timbul beberapa jam setelah kematian tergantung dari posisi kelopak mata. Akan tetapi, Marshall mengatakan kornea akan tetap menjadi keruh tanpa dipengaruhi apakah kelopak mata terbuka atau tertutup. Sering ditemukan kelopak mata tertutup secara tidak komplit hal ini terjadi oleh karena kekakuan otot kelopak mata. Dalam keadaan mata tertutup maupun terbuka, kornea menjadi keruh kira-kira 10-12 jam pasca mati. Jika mata tetap dalam keadaan tertutup,kekeruhan pada kornea secara keseluruhan dan tampak jelas dalam waktu 12-24 jam setelah kematian.(1,2,3,4)
         Perubahan pada selaput putih mata (sklera) dikenal dengan nama taches noires sclerotiques. Bila kelopak mata tetap terbuka, sklera yang berada disekitar kornea akan mengalami kekeringan dan perubahan warna menjadi kuning dalam beberapa jam yang kemudian berubah menjadi coklat kehitaman, area yang berubah warna ini berbentuk triangular dengan basis pada perifer kornea dan puncaknya di epikantus. (1,2,3,4,5,6,7)


Bintik-bintik perdarahan pada kedua mata kanan dan kiri dikenal sebagai Tardiu’s spot. Hal ini terjadi karena peningkatan tekanan vena secara akut. Vena jugularis pada leher terletak lebih superfisial daripada arteri sehingga pada kasus penggantungan vena akan paling pertama tertekan. Tekanan vena secara akut menyebabkan perubahan permeabilitas pembuluh darah sebagai akibat langsung dari hipoksia yaitu overdistensi dan rupturnya dinding perifer vena sehingga terjadilah perdarahan berbintik. Perdarahan berbintik terutama terjadi pada jaringan longgar, seperti pada kelopak mata, dibawah kulit dahi, kulit dibagian belakang telinga, konjungtiva,dan sklera mata. Selain itu juga bisa terdapat dipermukaan jantung, paru,dan otak. Bisa juga terdapat pada lapisan viseral dari pleura, perikardium,peritoneum,timus,mukosa laring,dan faring. Adanya bintik perdarahan menandakan bahwa korban mengalami asfiksia sebelum mati.(8,9)
Kesimpulan : Berdasarkan data di atas maka dapat di simpulkan bahwa kekeruhan pada mata dapat digunakan untuk menentukan waktu kematian selain dari lebam mayat, kaku mayat, dan pembusukan. Di simpulkan bahwa kematian telah terjadi 10-12 jam sebelum dilakukan otopsi dan adanya bintik perdarahan menandakan korban mengalami asfiksia sebelum mati. 

1.2     Pada pemeriksaan leher ditemukan satu buah jejas luka lecet tekan yang melingkar pada leher bagian depan. Alur luka oblik ke belakang atas. Terdapat daerah bebas luka pada bagian belakang leher. Luka berwarna merah kehitaman dan terdapat resapan darah pada daerah di bawah luka.
Pembahasan : Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit. Luka lecet tekan (impact abrasion), disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit adalah jaringan yang lentur, maka bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk permukaan benda tumpul tersebut. Gambaran luka lecet tekan yang ditemukan pada mayat adalah daerah kulit yang kaku dengan warna lebih gelap dari sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca mati.(8)
      Alur luka oblik ke belakang atas menggambarkan bentuk jejas berjalan miring  (oblik atau berbentuk V) pada bagian depan leher, di mulai pada leher bagian atas di antara kartilago tiroid dengan dagu, lalu berjalan miring sejajar dengan garis rahang bawah menuju belakang telinga. Tanda ini semakin tidak jelas pada bagian belakang, hal ini sesuai dengan tanda yang didapatkan pada korban yaitu terdapat daerah bebas luka pada bagian belakang leher. Tanda jejas dengan bentuk seperti ini menandakan bahwa korban mati dengan bunuh diri.(10)
     Luka berwarna merah kehitaman di sebabkan oleh  penekanan benda yang menyebabkan luka, sering ditemukan adanya vesikel pada tepi jejas luka dan sering jejas luka membentuk cetakan sesuai bentuk permukaan dari alat tersebut.(8)
      Adanya resapan darah di daerah bawah luka menandakan luka tersebut bersifat intravital yang menunjukkan bahwa luka tersebut terjadi saat korban masih hidup.(11)
Kesimpulan : Berdasarkan data di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa korban mati dengan cara bunuh diri akibat penggantungan. 
1.3   Pada pemeriksaan luar tubuh korban ditemukan bibir tampak kebiruan, daerah wajah dan leher tampak kebiruan, dan pada ujung jari tangan dan kaki nampak kebiruan (sianosis).
Pembahasan : Sianosis merupakan warna kebiruan pada kulit dan selaput lendir yang terjadi akibat peningkatan jumlah absolute sel darah merah yang tereduksi (Hb yang tak berikatan dengan O2). Ini tidak dapat dinyatakan sebagai anemia, harus ada minimal 5 gram hemoglobin per 100 ml darah yang berkurang sebelum sianosis menjadi bukti. Peningkatan jumlah Hemoglobin yang tereduksi pada pembuluh darah mukokutan yang menyebabkan sianosis, dapat berasal baik dari peningkatan jumlah darah vena sebagai akibat dilatasi venula dan ujung-ujung vena pada kapiler, maupun dari berkurangnya saturasi oksigen darah kapiler. (12,13)
           Kongesti pasif lokal, yang menyebabkan peningkatan jumlah total Hb yang tereduksi dalam pembuluh darah di daerah tersebut, dapat menyebabkan sianosis.(13)
       Wajah dan leher tampak kebiruan terjadi oleh karena adanya penekanan vena jugularis oleh tali yang menggantung korban. Tekanan ini membuat jalan yang dilewati darah untuk kembali ke jantung dari otak tersumbat. Obstruksi total maupun parsial secara perlahan-lahan dapat menyebabkan kongesti pada daerah sekitar wajah dan pembuluh darah otak. Darah tetap mengalir dari jantung ke otak tetapi darah dari otak tidak bisa mengalir keluar, akhirnya terjadilah akumulasi darah.(8,14)
        Bibir, ujung jari tangan, dan kaki tampak kebiruan oleh karena vasokontriksi pembuluh darah dan aliran darah perifer yang berkurang.(13)
Kesimpulan : Berdasarkan data diatas maka dapat di simpulkan bahwa
Kebiruan di beberapa bagian tubuh korban menandakan bahwa kematian terjadi oleh karena penekanan pada daerah leher dan obstruksi pada saluran pernafasan sebagai tanda terjadinya kegagalan pernafasan.

1.4    Pada pemeriksaan luar pada tubuh korban ditemukan lebam mayat di belakang leher, punggung, pinggang, dan sekitar  bokong, berwarna merah keunguan, dan tidak hilang dengan penekanan.
Pembahasan : Lebam mayat merupakan perubahan warna pada area tubuh menjadi merah-keunguan yang disebabkan oleh akumulasi darah pada pembuluh darah kecil. Adanya gaya gravitasi menyebabkan darah mengalir ke area yang terendah. Sel darah merah akan menempati tempat terbawah akibat gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula, membentuk bercak warna merah ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh, kecuali bagian tubuh yang tertekan alas keras. (8,12)
        Lebam timbul dalam waktu 20 - 30 menit setelah kematian. Sebelum menetap, lebam mayat akan berpindah bila tubuh mayat dipindahkan. Menetapnya lebam mayat menurut Skhrum dan Ramsay terjadi akibat hemokonsentrasi serta penggumpalan sel darah merah setelah perembesan plasma dari pembuluh darah. Penekanan pada daerah lebam mayat  yang dilakukan setelah 8-12 jam tersebut tidak akan menghilang. Tidak hilangnya lebam mayat tersebut dikarenakan telah terjadi perembesan darah akibat rusaknya pembuluh darah ke dalam jaringan di sekitar pembuluh darah tersebut.(8,12)
Kesimpulan : Berdasarkan data di atas maka dapat di simpulkan waktu kematian korban adalah lebih dari 12 jam sebelum dilakukannya otopsi.
1.5    Pada korban pemeriksaan luar pada tubuh korban ditemukan kaku mayat terdapat di seluruh tubuh yang sukar di lawan.
Pembahasan :  Kaku mayat (Rigor Mortis) terjadi akibat kelenturan otot yang menghilang setelah kematian. Setelah kematian, terhentinya suplai oksigen menghambat proses produksi ATP secara aerob. Sebagai jalan lain, sel akhirnya menempuh jalur non-aerob untuk membentuk ATP. Hasil sampingannya berupa asam laktat. Asam laktat yang terbentuk akan mengakibatkan sitoplasma sel menjadi asam (pH intrasel menurun).  Ketika semakin turunnya produksi ATP dan keasaman yang tinggi menyebabkan aktin dan miosin menggumpal. Karena hal inilah maka kaku mayat ini mulai tampak dimulai dari otot-otot kecil  bergantung pada cadangan glikogen dalam masing-masing otot. Kaku mayat mulai tampak kira-kira 1-4 jam pada otot wajah dan 4-6 jam pada otot kaki setelah kematian. Kaku mayat  mencapai puncaknya setelah 10-12 jam post mortal dan akan menetap selama 24 jam dan setelah 24 jam kaku mayat mulai menghilang sesuai dengan urutan terjadinya yaitu dimulai dari otot wajah, leher, lengan, dada, perut dan tungkai karena dimulainya proses pembusukan (autolisis). Proses ini dinamakan relaksasi sekunder.(8,9,15,16)
Kesimpulan : Berdasarkan data di atas maka dapat di simpulkan waktu kematian korban adalah 24 jam sebelum dilakukannya otopsi 
2.    Pada pemeriksaan dalam di dapatkan :
2.1      Pada pemeriksaan leher bagian dalam. Ditemukan fraktur pada kornu superior kartilago thyroid yang disertai dengan resapan darah di daerah sekitarnya
Pembahasan : Fraktur pada kornu superior kartilago thyroid menandakan telah terjadi penekanan yang kuat pada daerah ini. Fraktur sering terjadi pada kornu superior kartilago thyroid karena struktur ini relatif tipis dan lebih sering patah walau hanya dengan sedikit penekanan saja. Apabila terjadi penekanan maka struktur ini akan terkompresi dengan permukaan anterior dari tulang servikal dan akhirnya mengalami fraktur.(8,9,14)
       Besarnya tekanan yang kira-kira diperlukan untuk terjadinya fraktur kartilago thyroid adalah 18 kg. Karena kecilnya jumlah tekanan yang diperlukan untuk menekan arteri karotis, seseorang dapat menggantung diri mereka sambil duduk, berlutut, atau berbaring. Beratnya kepala (10 – 12 pon) terhadap penjerat sudah cukup untuk mengoklusi arteri karotis dan menyebabkan kematian.  Fraktur juga dapat terjadi pada mugging dimana leher dikontriksikan  dengan menggunakan lengan bawah. Fraktur kartilago thyroid memang cukup sering terjadi pada kasus penggantungan. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Betz dan Eisenmenger, dimana dari 109 kasus penggantungan bunuh diri dan kecelakaan 37% di antaranya mengalami fraktur pada kornu superior kartilago thyroid, 15% mengalami retakan (broken) pada kornu superior dan kornu hyoid, 10% mengalami fraktur kornu superior dan kornu hyoid.(8)
          Adanya resapan darah di daerah sekitarnya menandakan luka tersebut bersifat intravital yang menunjukkan bahwa luka tersebut terjadi saat korban masih hidup.(8)
Kesimpulan : Berdasarkan data di atas dapat di simpulkan bahwa adanya fraktur pada kornu superior kartilago tiroid menandakan telah terjadinya penekanan kuat pada leher disertai dengan besarnya penekanan pada leher yang dapat berakibat pada terhalangnya jalan napas. 
2.2      Pada pemeriksaan organ dalam ditemukan adanya tanda-tanda pembusukan yang berupa sebagian usus halus dan usus besar berwarna kehijauan.
Pembahasan : Dekomposisi atau pembusukan merupakan proses penghancuran jaringan pada tubuh yang disebabkan terutama oleh bakteri anaerob yang berasal dari traktus gastrointestinal.(16,17)
        Semua sistem pertahanan tubuh setelah meninggal akan hilang,bakteri yang secara normal dihambat oleh jaringan tubuh akan segera masuk ke jaringan tubuh melalui pembuluh darah, dimana darah merupakan media yang terbaik bagi bakteri untuk berkembang biak. Bakteri yang sering menyebabkan destruktif sebagian besar berasal dari usus dan yang paling utama adalah Cl.Welchii. Bakteri ini berkembang biak dengan cepat sekali menuju ke jaringan ikat dinding perut yang menyebabkan perubahan warna. Perubahan warna ini terjadi oleh karena reaksi antara H2S (gas pembusukan yang terjadi dalam usus besar) dengan Hb menjadi Sulf-Meth-Hb.(2,17)
             Menurut Dix dan Graham, tanda pembusukan baru dapat dilihat sekitar 24 jam setelah kematian, berupa warna kehijauan pada kuadran kanan bawah abdomen, dan seluruh perut berwarna kehijauan setelah 36 jam. Namun menurut Shephered, warna kehijauan ini baru akan terlihat pada dinding abdomen dengan mata telanjang setelah 3-4 hari post mortem.  Tanda pertama pembusukan baru dapat dilihat kira-kira 24 jam - 48 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada dinding abdomen bagian bawah, lebih sering pada fosa iliaka kanan dimana   isinya  lebih cair, mengandung lebih banyak  bakteri dan letaknya yang  lebih superfisial. Perubahan warna ini secara bertahap akan meluas keseluruh dinding abdomen sampai ke dada dan bau busukpun mulai tercium.(2,3,16,17)
Kesimpulan : Berdasarkan data di atas dapat di simpulkan bahwa waktu kematian korban adalah 24-36 jam sebelum dilakukan otopsi. 
3.    Pada pemeriksaan mikroskopis berbagai organ dalam seperti paru-paru, hati, ginjal, dan otak besar, ditemukan tanda bendungan organ. 
Pembahasan : Pada kejadian asfiksia, seluruh organ dalam tubuh menunjukkan tanda-tanda pembendungan, Hal ini ditandai dengan adanya ekstravasai sel darah merah di jaringan interstisial, darah berwarna lebih gelap dan pada pengirisan mengeluarkan banyak darah.(10,14)
Kesimpulan : Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa adanya tanda bendungan menunjukkan terjadinya asfiksia pada korban sebelum korban mengalami kematian.

-->

Komentar

Postingan Populer