SALVA



KASUS
Neurologi

Butuh kesabaran luar biasa, untuk merawat anak dengan cerebral palsy. Nona (29 tahun) memiliki anak laki laki bernama salva ( 2 tahun). Salva terlambat dilahirkan. Pada 24 agustus 2007, nona dilarikan ke klinik bersalin, karena merasa mulas. Karena belum terlihat  ada pembukaan, tanpa dilakukan USG dia disuruh pulang dan diminta datang lagi 3 hari kemudian.
  
Tanggal 27 agustus, dia datang kembali dengan rasa mules. Melihat kondisi nona sudah mules dan belum ada tanda pembukaan juga, akhirnya dia diopersai. Sayang, anaknya terlanjur keracunan air ketuban. Tubuh salva membiru dan tidak menangis. Salva segera dilarikan ke ICU dan diberi oksigen selama 7 hari.” Menurut dokter, anakku terlambat dilahirkan. Aku menyesal dokter menyuruhku pulang, saat aku pertama kali ke klinik itu,” kata Nona.

 Saat salva berusia 3 bulan, dia sudah bisa tengkurep. Yang membuat nona khawatir, mata kanan salva tidak simetris. Kata orang, itu karena ‘salah lampu’. Usia 7 bulan, salva sudah bisa membolak-balik badan dan berguling guling. Pada fase ini, nona tidak begitu khawatir. Tapi ketika menginjak usia 10 bulan, salva belum bisa duduk dan merangkak. Sang ibu mulai merasa khawatir. Salva memang sudah bisa merayap, tapi hanya kaki kirinya yang kuat menahan. Kaki kanannya terlihat kaku sekali.Nona mencari informasi di internet.Ia mendapatkan informasi, kalau kondisi salva mungkin karena perkembangannnya terlambat atau penyebab lain. Dia kemudian memutuskan untuk konsultasi ke spesialis saraf anak. Dokter melakukan serangkaian tes, mulai dari CT scan,EEG,bera dan merujuk salva ke dokter mata.”saat itu, saya sudah mengumpulkan banyak informasi tentang cerebral palsy dan berharap kondisi salva hanya karena perkembangannya terlambat saja,” ujarnya.
Dari hasil tes, didapatkan  kalau perkembangan saraf otak salva mengalami gangguan. Volume otaknya belum penuh seperti anak anak normal umumnya. Hasil EEG menunjukkan normal. Hasil pemeriksaan mata menunjukkan, mata salva juling karena gangguan saraf di otak. Sampai saat itu, tes bera belum dilakukan. Sejauh ini, salva ckup memberikan respon pada ucapan ucapan orang disekitarnya.
Walau nona sebenarnya sudah mengira anaknya mungkin mengalami cerebral palsy, ketika dokter menyatakan anaknya mengalami penyakit itu, ia merasa sulit untuk bisa menerima. Tapi, dia tetap bersyukur, karena  sekarang dia sudah mengetahui kondisi salva yang sebenarnya. Ia menyesal, kenapa dokter yang membantu persalinannya dulu tidak menginformasikan kemungkinan perkembangan anaknya akan terganggu seperti itu. Bila diketahui lebih awal, mungkin bisa segera ditangani.
Usia 10 bulan salva menjalani terapi di sebuah klinik tumbuh kembang anak sampai usia 1,5 tahun. Perkembangannya memang tidak banyak, tetapi dia sudah bisa memanggil “papah”,”mbah” atau”bude”. Sampai akhirnya nona bertemu seorang ibu yang anaknya juga menderita cerebral plsy, karena infeksi meningitis. Waktu diterapi saat berusia 1,6 tahun, anaknya itu masih seperti bayi, tidak bisa apa apa dan masih lemas. Kini, usia anak itu sudah hampir lima tahun, sudah berlari lari dan pandai menyanyi.
Hal itu menyemangati nona untuk sabar dan terus mencari penyembuhan bagi anaknya. Karena terbukti, penderita cerebral plsy bisa seperti anak normal. Belum lama ini, nona bertemu dengan ibu diatas dan menyerankan agar salva diterapi pijit saraf. Entah kebetulan atau tidak, setelah pijit saraf salva jadi sering kejang. Dan anehnya, kejangnya terjadi di bagian tubuh sebelah kanan.
Dokter menyarankan salva untuk menjalani EEG. Tapi, belum sempat menjalani EEG, salva menjalani kejang dan dirawat samapai dua kali disebuah rumah sakit. Saat di RS, kejang yang dialami salva berangsur angsur berkurang dan sekarang sudah hilang sama sekali.
Usia salva kini 17 bulan, dokter menyatakan tingkat koordinasinya sudah berada di tingkat tertinggi. Reflek untuk melangkah sudah ada. Dokter menyarankan agar salva menggunakan sepatu ortopedik. Saat ini, salva tetap menjalani terapi di RS. Dia sudah bisa duduk sendiri dan merangkak, berdiri sambil berpegangan dan berjalan merambat.”kami tidak henti -hentinya bersyukur atas perkembangan salva. Sekecil apa pun perkembangannya,selalu membuat kami bahagia,”ujar Nona.

Dikutip : Ethical Digest No.79 Thn VII desember 2009

Komentar

Postingan Populer