Kenali SKIZOFRENIA & GEJALANYA


Skizofrenia merupakan bentuk psikosis fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Dalam kasus berat, pasien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju ke arah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak — “cacat”. Keadaan ini pertama kali digambarkan oleh Kraepelin pada tahun 1896 berdasarkan gejala dan riwayat alamiahnya. Kraepelin, menamakannya dementia prekoks. Pada tahun 1911 Bleuler menciptakan nama skizofrenia untuk menandai “terbelahnya” atau putusnya fungsi psikis, yang menenfukan sifat penyakit ini. Ada perbedaan internasional dalam kriteria diagnostik, terutama antara Eropa dan AS, serta banyak psikiater sekarang mengatakan “skizofrenia” sebagai suatu kelompok kelainan yang saling berkaitan.

Statistik
Perkiraan risiko skizofrenia pada suatu waktu tertentu 0,5-1 persen. Sebesar 15 persen penderita yang masuk rumah sakit jiwa merupakan pasien skizofrenia, 45 persen populasi rumah sakit jiwa adalah pasien skizoprenia, dan sebagian besar pasien skizoprenia akan tinggal di rumah sakit untuk waktu yang lama. Pria lebih sering daripada wanita dan kebanyakan dimulai sebelum usia 30 tahun.

Gejala Skizofrenia

Gejala yang timbul sangat bervariasi tergantung pada tahapan perjalanan penyakitnya. Ada gejala yang dapat ditemukan dalam kelainan lain, ada yang paling sering timbul pada skizofrenia gejala inilah yang merupakan tanda utama diagnosis.

Kelainan pikiran
Lebih mengarah pada bentuk ketimbang isi: kelainan pikiran formal. Pikirannya berbelit-belit dan menyebar. Hubungan normal antara satu ide dengan ide lain terputus (pikiran ‘knight’s move’). Pasien mungkin mengalami blok pikiran mendadak (penghambatan pikiran). Pikiran konkrit (tidak mampu berpikir abstrak) mungkin terlihat jika pasien diminta memberikan arti umum suatu pribahasa yang sudah dikenal. Pikirannya terganggu oleh gangguan terra personal (autistik atau dereistik) dan oleh ketidak-mampuan untuk memilih pikiran (pikiran ‘overinclusive’).

Kelainan emosi
Reaksi emosi dan afek yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan keadaan atau pikiran pasien. Kemudian timbul penumpulan dan apati. Tanda awalnya tak adanya “rapport” yang ditemukan di saat wawancara.

Kelainan kemauan
Ada kehilangan kehendak, kelemahan dan tak ada dorongan, terlihat dari kegagalan dalam pekerjaan rumah, pelajaran dan pekerjaan. Suatu saat dapat ditemukan kekerasan hati yang berlebihan, negativisme atau suatu kepatuhan secara otomatis.

Katatonia
Kelainan gerakan mungkin timbul dalam bentuk kckakuan, gerakan yang kurang terkoordinasi serta gaya berjalan, menyeringai, sikap dan dalam kasus ekstrim, fleksibilitas serea dan ekopraksia.

Halusinasi
Dapat terjadi dalam banyak penyakit, tetapi pada skizofrenia halusinasi ditemukan dalam keadaan kesadaran yang jernih. Biasanya merupakan halusinasi pendengaran, tetapi indera sensorik lain mungkin terlibat.

Waham
Waham primer: waham yang berkembang penuh dari suatu persepsi normal, munculnya mendadak dan gangat diyakini oleh penderita.
Waham sekunder merupakan suatu keyakinan yang salah dan muncul dari gejala lain mis. pasien mungkin ‘menerangkan’ dengan yakin bahwa kelainan pemikirannya disebabkan karena ada suatu agen dari luar yang meletakkan pikiran itu atau mengacaukan pikiran di kepalanya.

Gangguan ekspresi
Kelainan pikiran dan halusinasi sering dicerminkan dalam percakapan (neologisms, word salad), tulisan tangan dibuat-buat, lukisan dan sajak yang aneh.

Penarikan diri
Sebagai akibat timbulnya gejala-gejala di atas, penarikan diri dari kontak sosial normal dan aktivitas sering merupakan gejala dini.

Daftar Pustaka
Psikiatri Oleh Catatan Kuliah
Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamine, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra). Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.

75% Penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.
Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan psikolog.
Gejala : Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial). Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi.
Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas:
Gejala-gejala Positif : Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain.
Gejala-gejala Negatif : Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktifitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia).
Meski bayi dan anak-anak kecil dapat menderita skizofrenia atau penyakit psikotik yang lainnya, keberadaan skizofrenia pada grup ini sangat sulit dibedakan dengan gangguan kejiwaan seperti autisme, sindrom Asperger atau ADHD atau gangguan perilaku dan gangguan stres post-traumatik. Oleh sebab itu diagnosa penyakit psikotik atau skizofrenia pada anak-anak kecil harus dilakukan dengan sangat berhati-hati oleh psikiater atau psikolog yang bersangkutan.
Pada remaja perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.
Tidak semua orang yang memiliki indikator premorbid pasti berkembang menjadi skizofrenia. Banyak faktor lain yang berperan untuk munculnya gejala skizofrenia, misalnya stresor lingkungan dan faktor genetik. Sebaliknya, mereka yang normal bisa saja menderita skizofrenia jika stresor psikososial terlalu berat sehingga tak mampu mengatasi. Beberapa jenis obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen atau amfetamin (ekstasi) juga dapat menimbulkan gejala-gejala psikosis.
Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu menghindari reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan dan terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan. Perawatan terpenting dalam menyembuhkan penderita skizofrenia adalah perawatan obat-obatan antipsikotik yang dikombinasikan dengan perawatan terapi psikologis.
Kesabaran dan perhatian yang tepat sangat diperlukan oleh penderita skizofrenia. Keluarga perlu mendukung serta memotivasi penderita untuk sembuh. Kisah John Nash, doktor ilmu matematika dan pemenang hadiah Nobel 1994 yang mengilhami film A Beautiful Mind, membuktikan bahwa penderita skizofrenia bisa sembuh dan tetap berprestasi.
sumber : wikipedia 

Komentar

Postingan Populer