FOBIA SOSIAL
Pendahuluan
Fobia adalah perasaan takut
yang irasional yang menyebabkan kesadaran untuk menghindar dari obyek ketakutan
spesifik, aktivitas atau situasi. Fobia sosial, juga disebut sebagai gangguan
cemas sosial, adalah gangguan cemas yang termasuk didalamnya distress yang
hebat terhadap situasi umum. Individu dengan fobia sosial secara khas mengalami
panik selama berhubungan sosial. Situasi ini meliputi berbicara didepan publik,
menggunakan kamar kecil/wc umum, makan dengan orang lain atau kontak sosial
secara umum. Ketakutan pasien adalah merasa dihina atau dipermalukan oleh orang
lain atas kelakuan dirinya dan dapat mengarah menjadi kecemasan yang hebat,
dengan peningkatan detak jantung, diaforesis dan tanda lainnya dari pemunculan
otonom. Gejala fisik ini dapat disebabkan oleh cemas tambahan, yang sering
mendorong kearah respon takut yang menguatkan kecemasan dalam situasi umum. 1,2,3
Fobia sosial merupakan
gangguan hiwa yang cukup sering ditemukan. Walaupun demilkian, perhatian
terhadap fobia sosial selama ini sangat kurang sehingga sering dikatakan
sebagai gangguan cemas yang terabaikan. Kurangnya perhatian terhadap fobia
sosial ini disebabkon oleh sedikitnya panderita yang mencari pangobatan untuk fobia
sosial yang dideritanya. Biasanya penderita datang berobat bukan untuk fobia
sosialnya tetapi untuk keluhan lain yang sering menyertai fobia sosial seperti cemas
atau depresi.
Epidemiologi
Fobia
sosial terdapat pada 3 sampai 5 persen populasi. Pria dan wanita memiliki angka
kejadian yang seimbang. Onset penyakit biasanya dimulai awal umur belasan
tahun, walaupun tidak menutup kemungkinan terjasi pada tiap tahap kehidupan.
Menurut survey yang dilakukan di Amerika sejak tahun 1994, fobia sosial adalah
gangguan jiwa nomer 3 terbesar di Amerika Serikat. Prevalensi fobia sosial
terlihat meningkat pada ras kulit putih, orang yang menikah, dan individu
dengan taraf pendidikan yang baik. Fobia sosial umumnya bermanifestasi pada
orang dewasa tapi biasa terdapat pada anak-anak atau remaja.2,4
Etiologi
Sampai sekarang belum
ditemukan penyebab yang pasti. Walaupun demikian, penelitian mengenai etiologi
banyak dilakukan saat ini. Ada beberapa teori yang mencoba mengungkapkannya,
antara lain:
Teori psikoanalisa
Menurut Freud, fobia sosial atau
hysteria‑ansietes merupakan manifestasi dari konflik Oedipal yang tidak
terselesaikan. Selain adanya dorongan seksual yang kuat untuk melakukan incest,
terdapat pula rasa takut terhadap kastrasi. Hal ini menyebabkan terjadinya
konflik dan ansietas. Akibatnya, ego berusaha menggunakan mekanisme‑pertahanan
represi yaitu membuang jauh dari kesadaran. Tatkala represi tidak lagi
berhasil, ego berusaha mencari mekanisme pertahanan tarnbahan. Mekanisme
pertahanan tambahan adalah displacement. Konflik seksual ditransfer dari orang yang
mencetuskan konfilk kepada sesuatu yang sepertinya tidak penting atau objek yang
tidak relevan atau situasi yang sakarang mempunyai kekuatan untuk membangkitkan
ansietas. Situasi atau obyek yang dipilih atau disimbolkan biasanya berhubungan
langsung dengan sumber konflik. Dengan Menghindari objek tersebut pasien dapat
lari dari penderitaan ansietas yang serius.2
Teori genetik
Faktor genetik dapat berperanan dalam
fobia sosial. Analisa pedigree/silsilah memperlihatkan silsilah pertama dari
proband dengan fobia sosial tiga kali beresiko mendapat sosial fobia dibanding
kontrol. Namun, gen spesifik belum pernah diisolasi. Perangai anak yang selalu
dilarang telah dihubung-hubungkan dengan perkembangan fobia sosial dimasa
dewasa.4
Teori Neurotransmiter
Mekanisme Dopaminergik
Dari penelitian didapatkan bahwa fobia
sosial berhubungan dengan gangguan pada system dopaminergik. Kadar homovanilic acid (HVA) pada penderita
fobia sosial lebih rendah blia dibandingkan dangan penderita panik atau
kontrol. Adanya perbaikan gejala fobia sosial dengan pemberian monoamine oxidase inhibitor (MAOI) menunjukkan bahwa kinerja dopamine terganggu pada
fobia sosial.
Mekanisme Serotonergik
Pemberian fenilfluramin pada panderita fobia sosial menyebabkan
peningkatan kortisol sehingga diperkirakan adanya disregulasi serotonin. Walaupun
demikian, pada pemberian methchlorphenylpiperazine
(MCPP), suatu serotonin agonis, tidak ditemukan adanya perbedaan respons prolaktin
antara pendarita fobia sosial dengan kontrol normal. Begitu pula, pengukuran ikatan
platelet (3H)‑paroxetine, suatu petanda untuk mangetahui aktivitas serotonin;
tidak terlihat adanya perbedaan antara fobia sosial dengan gangguan panik atau
kontrol normal.
Mekanisme Noradrenergik
Penderita fobia sosial sangat sensitif
terhadap perubahan kadar epinefrin sehingga dengan cepat terjadi peningkatan denyut
jantung, berkeringat dan tremor. Pada orang normal, gejala fisik yang timbul
akibat peningkatan epinefrin mereda atau menghilang dengan cepat. Sebaliknya
pada penderita fobia sosial tidak terdapat penurunan gejala. Bangkitan gejala
fisik yang meningkat semakin mengganggu penampilan di depan umum. Pengalaman
ini juga membangkitkan kecamasan pada penampilan berikutnya sehingga mengakibatkan
orang tidak berani tampil dan menghindari panampilan selanjutnya.2,3
Pencitraan Otak
Dengan magnetic resonance imaging (MRI) terlihat adanya penurunan volume
ganglia basalis pada penderita fobia sosial. Ukuran putamen berkurang pads
fobia sosial.
Gambaran
Klinik –Kriteria Diagnosis
Menurut DSM-IV
Kriteria A
Ketakutan yang jelas dan menetap
terhadap satu atau lebih situasi sosial atau tampil didepan orang yang belum
dikenal atau situasi yang memungkinkan ia dinilai oleh orang lain atau menjadi
pusat perhatian. Ada perasaan takut bahwa ia akan berperilaku memalukan atau
menampakkan gejala cemas atau bersikap yang dapat merendahkan dirinya.
Kriteria B
Apabila pasien terpapar dengan situasi
sosial, hampir selalu timbul kecemasan atau bahkan mungkin serangan panik.
Kriteria C
Pasien menyadari bahwa ketakutannya
sangat berlebihan dan tidak masuk akal. Ketakutan tersebut tidak merupakan
waham atau paranoid.
Kriteria D
Pasien menghindar dari situasi sosial
atau menghindar untuk tampil di depan umum atau pasien tetap bertahan pada
situasi sosial tersebut tetapi dengan perassan sangat cemas atau sangat
menderita.
Kriteria E
Penghindaran dan kecemasan atau
penderitaan akibat ketakutan terhadap situasi sosial atau tampil di depan umum
tersebut mempengaruhi kehidupan pasien secara bermakna atau mempengaruhi fungsi
pekerjaan, aktivitas dan hubungan sosial atau secara subjektif pasien merasa
sangat menderita.
Kriteria F
Untuk yang berusia di bawah 18 tahun,
durasi paling sedikit 6 bulan.
Kriteria G
Ketakutan atau sikap menghindar tersebut
tidak disebabkan oleh efek fisiologik zat atau kondisi medik umum atau gangguan
mental lain (gangguan panik dengan atau tanpa agoraphobia, gangaguan dismorfik,
gangguan perkembangan prevasif, atau dengan gangguan kepribadian skizoid).
Kriteria H
Bila terdapat kondisi medik umum atau gangguan mental lain, ketakutan pada
kriteria A tidak berhubungan dengannya (gagap, Parkinson, atau gangguan perilaku
makan seperti bulimia atau anoreksia nervosa) Kriteria A merupakan kunci gejala
fobia sosial. Hal yang penting pada kriteria ini yaitu adanya situasi yang dapat
membangkitkan fobia yaitu situasi yang dinilai atau diamati oleh orang lain dan
juga ketakutan akan memperlihatkan kecemasan atau bertingkah dengan cara yang memalukan.2,3,5
Sedangkan berdasarkan PPDGJ ‑ III
diagnosis fobia sosial ditegakkan bardasarkan yaitu
Semua kriteria di bawah ini harus
dipenuhi untuk diagnosis pasti:
- gejala psikologis, perilaku atau otonomilk yang
timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan
sekunder dari gejala‑gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran
obsesif;
- anxietasnya harus mendominasi atau terbatas
pada situasi sosial tertentu (outside the family circle); dan
- menghindari situasi fobik harus atau sudah
merupaken gejala yang menonjol
Bile terlalu sulit untuk membedakan
antara fobia sosial dengan agorafobaa, hendaknya diutamakan diagnosa
agorafobia.
Perjalanan
Penyakit Dan Prognosis
Fobia sosial biasanya mulai pada usia
dini sehingga dapat menyebabkan gangguan disemua bidang akademik seperti
rendahnya kemampuan sekolah, menghindar dari sekolah, dan sering putus sekolah.
Pemilihan karirya sangat terbatea dan ia sering berhenti dari pekerjaan. Fobia
sosial cenderung menjadi kronik. Bila tidak diobati depat menjadi komorbiditas
dengan gangguan lain seperti depresi, penyalahgunaan alkohol atau obat. Pada
penderita agorafobia dan fobia sosial, pemakaian alkohol sering merupakan ussha
untuk mengobati diri sendiri.
Penatalaksanaan
Suatu kombinasi pharmacotherapy dan psikoterapi pada umumnya diberikan
untuk para orang dengan fobia sosial.
Farmakoterapi
ü Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIS): SSRIS dengan cepat menjadi
first-line pengobatan yang baku untuk fobia sosial. Paroxetine menerima
pengakuan badan Makanan Dan Administrasi Obat/Racun (FDA) untuk indikasi ini
pada tahun 1999 dan SSRI yang pertama memperolehnya. Penelitian menyatakan bahwa SSRIS juga mungkin
efektif.
ü Benzodiazepines:
Benzodiazepines mungkin efektif untuk fobi sosial, tetapi memiliki profil
keselamatan lebih sedikit. Alprazolam Dan Clonazepam telah digunakan dengan
sukses.
ü Buspirone: Beberapa studi
menyarankan kemanjuran pada penderita fobi sosial.
ü Propranolol: Beta-Blockers
telah digunakan untuk blok autonomic terhadap tanggapan dengan fobi sosial. Pencegahan
gejala seperti gemetaran peningkatan detak jantung mendorong kearah sukses didalam
menghadapi situasi sosial.
ü Monoamine oxidase inhibitors( MAOIS): Phenelzine telah dipertunjukkan untuk bisa
efektif didalam studi. Pembatasan yang berkenaan diet makan mengurangi
ketenaran mereka. Moclobemide, suatu MAOI lebih baru, pasti mempunyai
kemanjuran dengan fobi sosial.
Psikoterapi
Tingkah laku
Psikoterapi tingkah laku, seperti desensitisasi berangsur-angsur, mungkin
bermanfaat terhadap fobi sosial. Teknik ini melibatkan secara berangsur-angsur
pasien untuk berada situasi pada situasi yang secara normal menyebabkan kecemasan.
Dengan penguasaan situasi tanpa kecemasan , pasien secepatnya mampu mentolelir situasi
yang yang sebelumnya membuat cemas.
Kognitif
Terapi berorientasi pada pengertian yang mendalam sudah membuktikan
bermanfaat fobi sosial. Individu dengan fobi sosial sering mempunyai
penyimpangan kognitif penting berhubungan dengan orang lain.2,3,4
Kesimpulan
- fobia sosial merupakan ketakutan atau
kecemasan pada situasi sosial yang timbul bila saeseorang menjadi pusat
perhatian
- penderita fobia sosial biasanya tidak
menganggap masalahnya perlu untuk diobati
- bila tidak diobati dapat menimbulkan
keterbatasan dalam berbagai segi kehidupan
- terapi fobia sosial melingkupi farmakoterapi
dan psikoterapi
Komentar
Posting Komentar
mampir comment dulu sodara..