LAPORAN KASUS PSIKOTIK SKIZOFRENIA PARANOID (F.20.0)
LAPORAN KASUS
SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)
(dibawakan dalam rangka tugas akhir clerkship bagian ilmu kedokteran jiwa )
IDENTITAS PASIEN
Nama :
Tn.S
Umur :
37 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama :
Islam
Suku Bangsa : Bugis
Warga Negara :
Indonesia
Pendidikan :
SMK
Pekerjaan :
Tidak Bekerja
Alamat :
Jalan KH.Abdul Kadir Daud no.28 palopo
Masuk RS Tanggal :
02 November 2011
LAPORAN PSIKIATRI
I. RIWAYAT
PENYAKIT
A. Keluhan
Utama dan Alasan MRS
Berbicara-bicara sendiri
B. Riwayat Gangguan Sekarang
·
Keluhan
dan gejala
Dialami kurang lebih
7 bulan yang lalu. Terkadang pasien berbicara sendiri jika di luar
rumah,sehingga oleh tetangga diejek sebagai orang gila, begitu di ejek maka
pasien mengejek balik sambil berbicara terus menerus, terkadang dengan nada
yang keras, pasien marah karena disebut sebagai orang gila, tetapi jika diejek
seperti itu pasien tidak sampai memukul orang. Terkadang pasien mendengar suara bisikan yang
menyuruhnya untuk menjaga wilayah daerah
luwu dari serangan perang mandar, pasien mengatakan bahwa dirinya adalah penjaga
daerah luwu, dan perintah itu diterimanya dari pemimpin luwu yaitu raja luwu
dengan cara berkomunikasi lewat ilmu kebatinan, sehingga pasien mengetahui
keinginan dari raja luwu. Pasien juga mengatakan bahwa dirinya pernah melihat
hantu pada saat menonton bola dirumahnya, peristiwa tersebut di lihatnya hanya
sekali. Menurut ibunya, pasien pernah berkeinginan untuk bepergian ke pulau
kalimantan setelah menyelesaikan sekolahnya di SMK, tetapi tidak diizinkan oleh
orang tuanya. Perubahan perilaku terjadi semenjak tahun 2005. Pada awalnya
pasien tiba-tiba melihat hantu di rumahnya ketika sedang menonton bola di
televisi, pasien pun berlari keluar rumah dan sangat ketakutan. Sejak peristiwa
tersebut pasien selalu merasa ketakutan. Pada tahun 2006, ayah pasien meninggal dunia dan sejak saat itu
pasien sering berbicara-bicara sendiri. Menurut adiknya, setiap pasien
melakukan aktivitas pasien selalu berbicara sendiri dengan mengatakan ”salah
lagi-salah lagi” sehingga aktivitas apa pun yang dikerjakannya selalu dilakukan
secara berulang-ulang. Keadaan ini hampir tiap kali terjadi setiap pasien
hendak melakukan aktivitas di rumahnya. Dan pasien pun dimasukkan ke RS.Dadi
untuk pertama kalinya 10 hari setelah kepergian ayahnya pada bulan november 2006.
Pasien di rawat di RS.Dadi kurang lebih 1 bulan lamanya dan dikeluarkan pada
bulan desember 2006. Setelah keluar dari RS.Dadi pasien tidak meminum obat
secara teratur dan bahkan pernah tidak meminum obat sama sekali.
Hendaya :
Hendaya sosial (+)
Hendaya pekerjaan (+)
Hendaya penggunaan waktu senggang (+)
·
Faktor
stresor psikososial :
Tidak
jelas
·
Gangguan
sekarang dengan penyakit fisik dan psikis sebelumnya :
Tidak
ada
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
·
Riwayat
penyakit dahulu :
trauma (-) : pada usia 1 tahun,
pasien pernah terjatuh dari Rumah panggung, kepala terbentuk tetapi tidak
berdarah, infeksi (-), kejang (-)
·
Riwayat
penggunaan zat psikoaktif :
merokok (-), alkohol (-)
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
·
Lahir
normal, cukup bulan, dibantu oleh bidan, tidak ada kecacatan waktu lahir
·
Pertumbuhan
dan perkembangan baik
·
Pasien
dikenal sebagai pribadi yang pendiam, jika ada masalah selalu dipendam
·
Pendidikan
terakhir adalah SMK
·
Belum
Menikah
E. Riwayat Kehidupan Keluarga
·
Pasien
adalah anak pertama dari 6 bersaudara (♂,♀,♂, ♂, ♀,♀)
·
Hubungan
dengan keluarga baik
·
Ayah
meninggal sejak tahun 2006, sedangkan ibunya masih hidup
·
Pasien
tinggal dengan ibunya serta saudara-saudaranya
·
Tidak
ada riwayat keluarga yang menderita gangguan yang sama
F. Situasi Sekarang
·
Pasien
tinggal bersama ibu dan saudara-saudaranya di palopo, biaya hidup lebih banyak
ditanggung oleh ibu dan saudara pasien.
G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan
Kehidupannya
·
Pasien
merasa dirinya tidak sakit
AUTOANAMNESIS TANGGAL 3
NOVEMBER 2011
Dokter Muda (DM), Pasien (P)
DM : ”Assalamu alaikum, selamat siang pak. Perkenalkan, saya Indah,
dokter muda yang sedang bertugas disini ”
P : ”Walaikum
salam dok.”
DM : ”Pak,
bisa bincang-bincang sebentar ?”
P : ”Iya,
boleh.”
DM : ”Sudah
berapa hari bapak di rawat di sini ?”
P : ”Baru
kemarin”
DM : ”Ada
apa bapak di bawa ke sini?”
P : ”Saya
kurang tahu juga”
DM :
”Siapa yang membawa bapak ke sini?”
P :
”ibu sama adikku ”
DM :
”Kalau boleh tahu, sekarang bapak sudah berumur berapa tahun ?”
P : ”Kurang tahu juga dok,
tapi kemarin-kemarin umurku sudah 900 tahun”
DM : ”
wah, umurnya tua skali , Bagaimana bisa
umurnya terlalu tua seperti itu?”
P :
”hmm, kurang tau juga dok, tetapi memang kemarin kemarin umurku 900 tahun”
DM :
”begitu ya pak , kalau begitu Ada apa bapak memakai baju berlapis-lapis seperti
itu ?”
P : ”Oh, ini karena dingin
dok”
DM : ”Di
tempat tinggalnya bapak memang sedang musim dingin ?”
P : ” Iya, sekarang lagi ada
badai dan angin kencang di palopo makanya saya memakai baju seperti ini”
DM : ”
kalau baju rompi orange yang bapak pakai gunanya untuk apa ?”
P :
”oh yang ini, rompi ini saya gunakan
untuk menjaga wilayah keamanan”
DM :
”Maksudnya wilayah keamanan ? bisa bapak menceritakan lebih jelas ?”
P :
”begini dok, saya ini adalah penjaga keamanan di wilayah luwu, saya di tugaskan oleh raja luwu
untuk menjaga daerah luwu dari serangan
kerajaan mandar, saya juga di tugaskan untuk menjaga badik kerajaan luwu”
DM :
”Bagaimana bapak bisa mengetahui perintah dari raja luwu ?”
P :
”melalui ilmu kebatinan, jadi saya tahu keinginan raja luwu”
DM : ”Jadi di daerah Luwu pernah terjadi perang ?”
P :
”iya, pernah terjadi perang antara kerajaan luwu dan kerajaan mandar”
DM :
”Jadi intinya bapak ini di tugaskan untuk menjaga daerah luwu dan badik raja luwu dari rebutan
kerajaan mandar dan perintah tersebut diterrima melalui ilmu kebatinan?”
P :
”iya, kira kira seperti iu ceritanya”
DM :
”Selain ilmu batin, apakah bapak pernah
menerima perintah raja luwu melalui bisikan bisikan ?”
P :
”iya, terkadang saya menerima perintah
raja luwu melalui bisikan-bisikan, tetapi lebih sering dari ilmu
kebatinan”
DM :
”Apakah bapak pernah meilhat raja luwu seperti apa orangnya?”
P :
”Tidak, saya belum pernah melihat bagaimana orangnya”
DM :
”Katanya bapak pernah melihat hantu pada saat sedang menonton bola?”
P :
”iya, pernah sekali ”
DM :
”Bisa bapak menceritakan lebih jelas tentang hantu tersebut?”
P :
”hmm, ceritanya kurang jelas juga, tapi waktu itu tiba-tiba saya lihat ada
hantu, terus saya langsung berlari keluar rumah”
DM :
”jadi hantu itu bapak lihat hanya sekali
saja ?”
P :
”iya, hanya sekali”
DM :
”saya rasa bincang-bincang sudah cukup, kalau ada waktu bisa kita lanjutkan nanti”
P :
”iya”
DM :
”Terima Kasih bapak, silahkan beristirahat”
P : ”iya.sama-sama”
II. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1.
Penampilan : Tampak seorang laki-laki
memakai baju tiga lapis, baju lapisan pertama adalah lengan panjang dengan
motif bergaris, baju lapisan kedua adalah lengan pendek dengan motif bergaris,
baju lapisan ke tiga adalah rompi warna orange mencolok dengan motif jaring jaring. Memakai celana pendek berwarna
hitam selutut. Perawakan tinggi, wajah agak lonjong sesuai umur, rambut agak
gondrong, kulit sawo matang, kesan kurang rapi.
2. Kesadaran : Berubah
3. Perilaku dan aktivitas prikomotor : Tenang
4. Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi sedang
5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan Afektif (mood), Perasaan, dan Empati, Perhatian :
1. Mood :
sulit dinilai
2. Afek :
tumpul
3. Keserasian :
Inappropriate
4. Empati
: sulit di raba- rasakan
C. Fungsi Intelektual (kognitif) :
1. Taraf
pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : Sesuai dengan taraf pendidikan
2. Daya konsentrasi : Cukup
3. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) :
Baik
4. Daya
ingat : Jangka panjang baik, jangka pendek baik, dan jangka segera baik.
5. Pikiran abstrak : Terganggu
6. Bakat kreatif : tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : cukup
D. Gangguan Persepsi :
1. Halusinasi
·
Halusinasi
Auditorik berupa suara yang mengomentari perilaku pasien yang didengar tiap
hari.
·
Halusinasi
Auditorik berupa ”Raja Luwu” yang memberikan perintah.
·
Halusinasi
Visual berupa pasien melihat ”hantu” saat sedang menonton bola di rumahnya.
2. Ilusi :
Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir :
1. Arus pikiran :
a.
Produktivitas : Cukup
b.
Kontinuitas : Relevan,
koheren
c.
Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran :
a.
Preokupasi : Tidak ada
b.
Waham
·
Waham
kebesaran yang berupa pasien adalah penjaga wilayah luwu.
·
Waham
mustahil yang berupa raja luwu berkomunikasi dengan pasien melalui ilmu batin
sehingga pasien dapat mengetahui keinginan raja luwu.
F. Pengendalian Impuls : Terganggu
G. Daya Nilai
- Norma sosial : Terganggu
- Uji daya nilai :
Terganggu
- Penilaian realitas : Terganggu
H. Tilikan (insight) : Insight
1, pasien merasa dirinya tidak sakit.
I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
III. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Tuliskan pula hal-hal bermakna lainnya
yang anda temukan pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan Lab dan penunjang lainnya
:
Pemeriksaan Fisik
·
Status internus : T = 120/80 mmHg, N = 80x/menit,
S
= 36,5◦C, P = 20x/menit
Kepala : Tidak ada kelainan
Mata
: Konjungtiva tidak anemis
Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi
: Fremitus kiri dan kanan
Perkusi
: Sonor
Auskultasi :Vesikuler N, ronkhi (-),
Whezzing (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus tidak terlihat
Auskultasi : bunyi jantung murni , irama
teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : tidak tampak membuncit
Palpasi
: hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
: timpani
Auskultasi : bising usus (+), normal
·
Status Neurologis
GCS
: E4M6V5
FKL
: dalam batas normal
RM
: KK (-), KS (-)/(-)
Nn. Cranialis :
Pupil bundar isokor Ø2,5 mm/2,5 mm, RCL +/+ , RCTL +/+ normal
Nn.cranialis
lain: Dalam batas normal
Motorik :
P
|
N
|
N
|
K
|
5
|
5
|
T
|
N
|
N
|
||||||||||||||
N
|
N
|
5
|
5
|
N
|
N
|
|||||||||||||||||
RF
|
BR
|
N
|
N
|
KPR
|
N
|
N
|
RP
|
-
|
-
|
|||||||||||||
TR
|
N
|
N
|
APR
|
N
|
N
|
-
|
-
|
|||||||||||||||
IV. IKHTISAR
PENEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki berusia 37 tahun datang ke RS.Dadi dengan keluhan sering
berbicara-bicara sendiri sejak 5 tahun yang lalu dan memberat 7 bulan terakhir
ini. Terkadang pasien berbicara sendiri jika di luar rumah,sehingga oleh
tetangga diejek sebagai orang gila, begitu di ejek maka pasien mengejek balik
sambil berbicara terus menerus, terkadang dengan nada yang keras, pasien marah
karena disebut sebagai orang gila, tetapi jika diejek seperti itu pasien tidak
sampai memukul orang. Terkadang pasien
mendengar suara bisikan yang menyuruhnya untuk menjaga wilayah daerah luwu dari serangan perang mandar,
pasien mengatakan bahwa dirinya adalah penjaga daerah luwu, dan perintah itu
diterimanya dari pemimpin luwu yaitu raja luwu dengan cara berkomunikasi lewat
ilmu kebatinan, sehingga pasien mengetahui keinginan dari raja luwu. Pasien
juga mengatakan bahwa dirinya pernah melihat hantu pada saat menonton bola
dirumahnya, peristiwa tersebut di lihatnya hanya sekali. Menurut ibunya, pasien
pernah berkeinginan untuk bepergian ke pulau kalimantan setelah menyelesaikan
sekolahnya di SMK, tetapi tidak diizinkan oleh orang tuanya. Perubahan perilaku
terjadi semenjak tahun 2005. Pada awalnya pasien tiba-tiba melihat hantu di
rumahnya ketika sedang menonton bola di televisi, pasien pun berlari keluar
rumah dan sangat ketakutan. Sejak peristiwa tersebut pasien selalu merasa
ketakutan. Pada tahun 2006, ayah pasien
meninggal dunia dan sejak saat itu pasien sering berbicara-bicara sendiri.
Menurut adiknya, setiap pasien melakukan aktivitas pasien selalu berbicara
sendiri dengan mengatakan ”salah lagi-salah lagi” sehingga aktivitas apa pun
yang dikerjakannya selalu dilakukan secara berulang-ulang. Keadaan ini hampir
tiap kali terjadi setiap pasien hendak melakukan aktivitas di rumahnya. Dan
pasien pun dimasukkan ke RS.Dadi untuk pertama kalinya 10 hari setelah
kepergian ayahnya pada bulan november 2006. Pasien di rawat di RS.Dadi kurang
lebih 1 bulan lamanya dan dikeluarkan pada bulan desember 2006. Setelah keluar
dari RS.Dadi pasien tidak meminum obat secara teratur dan bahkan pernah tidak
meminum obat sama sekali.
Dari status mental, pasien mempunyai kesadaran berubah, psikomotor tenang,
verbalisasi tenang dengan intonasi sedang, kooperatif terhadap pemeriksa, mood
sulit di nilai, afek tumpul, keserasian inapproriate, empati sulit dirabarasakan.
Pada fungsi kognitif, taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan sesuai
dengan taraf pendidikan, daya konsentrasi cukup, orientasi (waktu, tempat, dan
orang) baik, daya ingat jangka panjang, jangka pendek dan jangka segera baik,
pikiran abstrak terganggu, bakat kreatif
tidak ada, dan kemampuan menolong diri sendiri cukup. Ditemukan adanya gangguan
persepsi berupa halusinasi auditorik
dan halusinasi visual, produktivitas
pikiran cukup,kontuinitas relevan, koheren. Didapatkan Gangguan isi pikir
berupa waham kebesaran dan waham mustahil, pengendalian impuls terganggu.
Norma sosial, uji daya nilai, penilaian realitas tergangu. Pasien merasa
dirinya tidak sakit dan secara keseluruhan pasien dapat dipercaya.
V. EVALUASI MULTIAKSIAL (Sesuai PPDGJ-III)
·
Aksis I :
Dari autoanamnesis
dan alloanamnesis didapatkan adanya gejala klinis yang bermakna yaitu sering
berbicara-bicara sendiri jika beraktivitas dan melamun. Keadaan ini menimbulkan
penderitaan (distress) dan disabilitas bagi pasien dan keluarganya
sehingga dapat disimpulkan sebagai Gangguan
Jiwa.
Pada pemeriksaan
status internus dan status neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang
mengindikasikan gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan otak, sehingga
penyebab organik dapat disingkirkan, sehingga pasien di diagnosis sebagai Gangguan Jiwa Psikotik Non-Organik.
Pada pasien ditemukan adanya gangguan persepsi berupa halusinasi
auditorik yaitu suara-suara yang mengomentari perilaku pasien tiap hari yang
berupa ”salah lagi-salah lagi” serta perintah raja luwu untuk menjaga daerah
luwu dan menjaga badik raja luwu dari rebutan kerajaaan mandar. Dan waham mustahil
yang berupa pasien berkomunikasi dengan raja luwu melalui ilmu kebatinan. Sehingga
berdasarkan PPDGJ-III di diagnosis sebagai Skizofrenia
(F.20).
Disamping itu, ditemukan adanya gejala waham dan halusinasi yang
menonjol sehingga berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ-III), diagnosis diarahkan pada Skizofrenia
Paranoid (F.20.0).
·
Aksis II :
Ciri
kepribadian tidak khas
·
Aksis III :
Tidak
ada diagnosis
·
Aksis IV :
Tidak Jelas
·
Aksis V :
GAF Scalae 50-41 (pasien mengalami gejala berat dan disability berat)
VI. DAFTAR PROBLEM
1. Organobiologik : Tidak ditemukan adanya kelinan fisik yang
bermakna, tetapi di duga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter maka
pasien memerlukan psikofarmakologi.
2. Psikologik : Tidak
ditemukan hendaya dalam menilai realita tapi tampak adanya gejala depresi sehingga
pasien membutuhkan psikoterapi
3. Sosiologik : Tidak ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, namun
adanya hendaya dalam bidang pekerjaan dan waktu senggang sehingga pasien butuh
sosioterapi.
VII. PROGNOSIS
Buruk
1. Faktor Pendukung :
·
Gejala
positif yang menonjol
·
Tipe
skizofrenia Paranoid
- Faktor Penghambat :
- Relaps
- Perjalanan penyakit yang kronis
- Belum Menikah
- Dukungan oleh keluarga kurang
VIII. PEMBAHASAN/TINJAUAN PUSTAKA
Untuk mendiagnosis skizofrenia (F20.0),
maka harus memenuhi kriteria umum skizofrenia dari kriteria satu gejala (salah
satu dari 4 gejala yang sangat jelas) yaitu berupa : Thought, Delusion,
Halusinasi auditorik, dan waham. Serta kriteria dua gejala (paling sedikit 2
dari 4 gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas)
- Halusinasi/ waham harus menonjol
- Arus pikiran yang terputus
- Perilaku katatonik
- Gejala gejala negative (gangguan afek)
Dimana gejala
tersebut telah berlangsung selama lebih dari 1 bulan.
Pada pasien ini ditemukan gejala-gejala
seperti Halusinasi auditorik yang
berupa suara-suara yang mengomentari
perilaku pasien tiap hari yang berupa ”salah lagi-salah lagi” serta perintah
raja luwu untuk menjaga daerah luwu dan menjaga badik raja luwu dari rebutan
kerajaaan mandar. Ditemukan pula adanya waham
mustahil yang berupa pasien berkomunikasi dengan raja luwu melalui ilmu
kebatinan. Dimana gejala-gejala tersebut telah memenuhi kriteria umum
skizofrenia dari kriteria satu gejala (salah satu dari 4 gejala yang sangat
jelas), Sehingga di diagnosis sebagai Skizofrenia
(F.20).
Sedangkan
untuk mendiagnosis Skizofrenia paranoid menurut PPDGJ III yaitu harus memenuhi kriteria umum
diagnosis Skizofrenia. Dan
sebagai tambahan:
·
Halusinasi dan / atau waham harus menonjol
- Suara-suara
halusinasi yang mengancam pasien atau memerintah atau halusinasi auditorik
tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit,mendengung, atau bunyi tawa.
- Halusinasi
pembauan dan pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain lain
perasaan tubuh,halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol
- Waham
dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan ( delusion of
control ) dipengaruhi ( delusion of influence ) atau passivity dan
keyakinan dikejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas.
-
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.
Pada pasien ini ditemukan adanya Halusinasi
Auditorik dan waham yang menonjol sehingga diagnosis diarahkan pada skizofrenia paranoid (F20.0).
Untuk terapi psikofarmaka diberikan
haloperidol. Haloperidol termasuk dalam obat anti-psikosis tipikal, dimana
mekanisme kerja dari obat ini adalah memblokade Dopamin pada reseptor pasca
sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstra
piramidal, sehingga efektif untuk mengatasi gejala gejala positif. Dalam kasus
ini ditemukan gejala gejala positif yang menonjol yaitu gangguan isi pikir
(waham) dan gangguan persepsi (halusinasi). Haloperidol memiliki efek
sedative lemah digunakan untuk sindrom psikosis dengan gejala positif dan biasa
digunakan pada pasien skizofrenia dalam terapi jangka
panjang
IX. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka : Haloperidol 1,5 mg 3 .1 tab
2. Psikoterapi Supportif
·
Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien
untuk menceritakan keluhan dan isi hati sehingga pasien menjadi lega
·
Konseling memberikan pengertian kepada pasien
tentang penyakitnya dan memahami kondisinya lebih baik dan menganjurkan untuk
berobat teratur
- Sosioterapi : memberikan penjelasan pada keluarga pasien dan orang sekitar pasien untuk memberikan dorongan dan menciptakan lingkungan yang kondusif
X. FOLLOW
UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas terapi dan kemungkinan
terjadinya efek samping dari obat yang diberikan.
Artikelnya bagus.
BalasHapusTapi knp obat yg dikasih hanya satu?
rionataputra@ymail.com