NYMPHOMANIA


I.        PENDAHULUAN
Perilaku seksual bermacam-macam bentuknya dan ditentukan oleh suatu interaksi beberapa faktor yang kompleks, faktor-faktor tersebut antara lain hubungan seseorang dengan orang lain, lingkungan seseorang, dan oleh kultur dimana seseorang tinggal (menetap). Perilaku seksual sendiri mempunyai fungsi utama, bagi manusia, sebagai suatu usaha untuk membentuk ikatan, untuk mengekspresikan dan meningkatkan cinta antara dua orang, dan untuk mendapatkan keturunan. Perilaku seksual merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seksualitas seseorang, selain itu juga dipengaruhi oleh identitas seksual, identitas jenis kelamin, dan orientasi seksual. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi kepribadian yang secara keseluruhan dinamakan "faktor psikososial." Berhubungan dengan masalah seksualitas, maka kita mengenal ada dua jenis, yaitu seksualitas normal dan seksualitas abnormal. Definisi untuk seksualitas normal sendiri menurut referensi (kaplan) sulit untuk dibuat dan secara klinis tidak praktis, sedangkan seksualitas abnormal -yaitu, perilaku seksual yang destruktif bagi diri sendiri maupun orang lain, yang tidak dapat diarahkan kepada seorang pasangan saja,, yang diluar stimulasi organ seks primer, dan yang disertai dengan rasa bersalah dan kecemasan yang tidak sesuai, atau yang kompulsif, Dalam masalah seksualitas yang abnormal ini, maka akan sangat erat kaitannya dengan pembahasan masalah gangguan seksual, diantaranya disfungsi seksual, parafilia, atau gangguan yang tidak terklasifikasikan diantara keduanya. Dalam tulisan ini kita akan membahas masalah nymphomania, yang merupakan bagian dari kelompok gangguan yang tidak terklasifikasikan diantara keduanya. Nymphomania sendiri secara singkat adalah suatu keadaan hiperseks pada wanita. (1'2)



II.     DEFINISI
Nymphomania atau disebut juga clitoromania adalah nafsu yang berlebihan atau patologis untuk koitus pada wanita. Kondisi klinis yang juga masuk ke dalam konsep gairah dan/atau aktivitas seksual tingkat tinggi adalah hiperseksualitas dan kecanduan seks (seksual aditif) atau kompulsivitas. Istilah nymphomania digunakan secara menghina dan Bierendahkan, hampir dikhususkan bagi wanita saja. Bagi banyak pria, tayangan wanita dengan gairah seksual lebih besar dari gairah mereka dirasa mengancam, sehingga mereka mungkin memakai istilah mempertahankan ego mereka sendiri dengan ‘membuktikan’ tersebut abnormal. Begitu pula, pria dengan disfungsi seksual menuduh partner mereka terlalu berlebuhan dalam seks dalam menyembunyikan ketakutan atau perasaan kekurangan mereka, seperti wanita yang memprotes frekuensi kemajuan seksual pasangan akan menuduh pasangannya terlalu berlebihan dalam seks. lya adalah standar ganda yang hadir dalam masyarakat kita yang pria yang kuat dalam seks dan memiliki banyak pasangan, sebagai kuda unggul, sementara wanita dengan kelakuan sama disebut 'nympho', yang memiliki konotasi negatif. Namun demikian, terlepas dari yang telah disebutkan diatas nymphomania adalah suatu seksualitas yang abnormal pada wanita (1'3'4).
III. ETIOLOG1
Dari penelitian para ahli, penderita hiperseks ini memang memiliki gangguan kejiwaan seperti gangguan kasih sayang dari kedua orang tuanya.. Kurang mendapat perhatian atau ditelantarkan keluarganya, sehingga ingin mendapatkan perhatian yang terlebih dan itu diungkapkan dalam seks. Jadi kenikmatan dia seakan-akan harus dibayar dengan seks (5).
IV.  INSIDEN
Insiden terjadinya Nymphomania atau secara umum hiperseksual adalah pada saat seseorang mencapai masa pubertas, dimana seseorang telah matang, baik secara sistem reproduksinya dan juga kemampuan seksualnya. Adapun sumber lain rnenyebutkan bahwa pada wanita, biasa terserang menjelang usia menopouse, karena di usia seperti itu mereka mengalami kesepian dan kurang diperhatikan.(5)
V.  MANIFESTASIKLINIS
Manifestasi klinis dari Nymphomania sendiri tidak bisa lepas dari pembahasan masalah hiperseks, terutama dalam hal ini pada wanita. Perkataan hiper atau maniak memang sering menimbulkan konotrasi yang kurang baik. Orang yang disebut demikian dianggap terlalu menyukai akan satu hal, sehingga bisa menyingkirkan yang lain, sebenarnya menurut para ahli, hiperseksual bukan dilihat dari sesering apa orang tersebut melakukan hubungan seks. Tapi bila orang itu mengalami gangguan dan keluhan bila tidak melakukan hubungan intim sesering mungkin. dengan kata lain orang tersebut mengalami tekanan dan gangguan fungsi sosialnya, Orang pengidap hiperseks sangat terobsesi dengan seks, sudah sekali berhubungan ingin mencoba terus seperti kecanduan, tapi tidak mengalami kepuasan. Saat berhubungan seks, sebagaimana orang normal, ada pemanasan, cumbuan, dan ejakulasi. Tapi pada orang hiperseks tidak mendapatkan kepuasan seperti perasaan rileks atau tertidur, ia justru semakin gelisah karena tidak ada rasa puas, lalu muncul keinginan untuk melakukan hubungan seks lagi. Ciri umum dari penderita hiperseks terutama pada wanita (Nymphomania) yaitu keinginan untuk berhubungan dengan berbagai pria juga begitu kuat. Misalnya tidak puas dengan pria bertubuh atletis dengan tinggi badan normal, lalu mencoba dengan yang berbulu lebat bertubuh tinggi besar. Ternyata dengan para pria seperti itupun keinginan seksnya masih tidak terpuaskan. Ciri lainnya adalah pada wanita hiperseks (Nymphomania), mereka tidak bisa diajak berkomitmen, misalnya dalam hubungan ditingkatkan menjadi sebuah pernikahan, mereka akan menolak. Hubungan hanya dibutuhkan sebagai seks saja. Dan biasanya penderita ini lerobsesi bila-mendapat pasangan yang sulit untuk dirayu. Makin susah, maka semakin tinggi gejolak seks untuk mendapatkannya. Maka tidak mengherankan bila mereka sering melakukan gerakan yang gila-gilaan seperti memberikan hadiah emas berlian agar mampu meruntuhkan orang yang diincamya.  Selain itu, orang pengidap hiperseks selalu mengikuti terus perkembangan cerita tentang pesta-pesta seks yang aneh atau tempat-tempat hiburan yang menyediakan acara seks. Mereka juga mengkonsumsi obat-obat kuat seperti Viagra atau ekstasi untuk menguatkan fisik agar tahan lama dan terus menerus melakukan hubungan seks. Akibat dari semua ini banyak penderita hiperseks yang terkena penyakit kelamin. Pada wanita terkena kanker mulut rahim dan resiko tinggi terkena HIV atau AIDS.(5> *
VI. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan dari hasil penelitian para ahli yang menyebutkan bahwa Nymphomania merupakan gangguan psikologis, maka terapi yang paling bagus adalah psikoterapi supportif, diantaranya dengan metode ventilasi, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada penderita untuk mengungkapkan isi hati atau masalahnya, yang mungkin selama ini sebagai pemicu   untuk   melakukan   tindakannya   tersebut,   sehingga   diharapkan penderita sedikit merasa lega. Kemungkinan metode yang kedua adalah konseling, yaitu dengan memberikan nasehat dan pengertian kepada penderita tentang kelainannya, misalnya dengan memberikan penjelasan kepada penderita bahwa perilaku seksualnya merupakan risiko tinggi untuk limbulnya berbagai penyakit yang berbahaya.
Selain itu sosioterapi juga perlu dipertinibangkan, agar orang disekkar penderita menciptakan suasana yang kondusif yang bertujuan membantu proses penyembuhan dari penyimpangan perilaku seksual penderita.
Sedangkan farmakterapi pada penderita hiperseks pada wanita, dapat diberikan preparat progesterone, seperti cyproterone acetate di Eropa dan Medroxyprogesterone acetate (Depo-provera) di Amerika Serikat.

Komentar

Postingan Populer