KEJANG DEMAM



I.            PENDAHULUAN
Kejang demam ini merupakan gangguan kejang yang paling lazim pada masa anak, dengan prognosis yang sangat baik secara seragam. Namun, kejang demam dapat menandakan penyakit infeksi akut serius yang mendasari seperti sepsis atau meningitis bakteria sehingga setiap anak harus diperiksa secra cermat dan secara tepat diamati mengenai penyebab yang mengenai.(1)
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% daripada anak yang berumur dibawah umur 5 tahun pernah menderita kejang demam. Wegman (1939) dan Millichap (1959) dari percobaan binatang, berkesimpulan bahwa suhu yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya bangkitan kejang dan terjadinya bangkitan kejang sangat tergantung dengan umur, tinggi, serta kecepatan suhu yang meningkat.(2)

II.            DEFINISI
Kejang demam atau disebut juga febrile Convulsion adalah bangkitan kejang yang etrjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rekal diatas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Terjadi pada 2-4 % anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam,kemudian kejang kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk kejang demam.(3) Kejang demam merupakan bangkitan kejang pada bayi atau anak-anak yang disebabkan oleh demam. Kejang demam yang terjadi tanpa ada kerusakan otak, infeksi medulla spinalis atau penyebab neurologik yang lain.(4)




Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf seperti meningitis, ensefalitis dan ensefalopati. Kejang demam juga harus dibedakan engan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam. Kejang demam dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam sederhana, yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum, tonik maupun klonik, tanpa gerakan fokal dan tidak berulang dalam 24 jam dan kejang demam kmpleks yang memiliki cirri salah satu dari: yang berlangsung lebih dari 15 menit, kejang fokal, partial atau umum yang di dahului partial dan multiple (Lebih dari 1 kali kejang dalam 24 jam).(3,5,6) Disini anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurologi atau riwayat kejang demam atau kejang tanpa demam dalam keluarga.(5)

III.            EPIDEMIOLOGI
1.      Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun. Menurut Tejani NR (2008), kejang demam terjadi pada anak berusia 3 bulan – 5 tahun.
2.      Insiden tertinggi pada umur 18 bulan.
3.      Dari semua kasus kejang demam, sekitar 80% merupakan kejang demam sederhana dan 20% kejang demam kompleks.
4.      Kejang pertama terbanyak di usia 17-23 bulan.
5.      Anak lelaki lebih sering mengalami kejang demam dibandingkan dengan anak wanita.
6.       Kejadian kecacatan atau kelainan neurologis sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.
7.      Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.
8.      Antara 2% - 5% anak-anak di Amerika Serikat menderita kejang demam pada hari kelima kelahiran (fifth birthday) mereka, dan sekitar sepertiganya berulang minimal sekali. Angka yang sama dari kejang demam di Amerika Serikat juga ditemukan di Eropa Barat.
9.      Insiden kejang demam di India sekitar 5-10%, di Jepang sekitar 8,8%, di Guam sekitar 14%, di Hongkong sekitar 0,35%, dan di China sekitar 0,5-1,5%.(7)

IV.            ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui.  Kejang demam biasanya berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan kebanyakan terjadi pada hari pertama anak mengalami demam.  Kejang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit.  Kejang demam cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga melibatkan faktor keturunan (faktor genetik). Kadang kejang yang berhubungan dengan demam disebabkan oleh penyakit lain, seperti keracunan, meningitis atau ensefalitis. (8)
Infeksi virus saluran pernapasan atas, roseola dan otitis media akut adalah penyebab kejang demam yang paling sering.(1)  Atau infeksi oleh virus herpes manusia 6 juga sering menyebabkan kejang demam pada anak-anak. Disentri karena Shigella juga sering menyebakan demam tinggi dan kejang demam pada anak-anak.(8)
Beberapa hal yang merupakan faktor resiko berulangnya kejang demam adalah: (9,10)
·         Usia < 15 bulan saat kejang demam pertama
·         Riwayat kejang demam dalam keluarga
·         Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif normal
·         Riwayat demam yang sering
·         Kejang pertama adalah complex febrile seizure (kejang fokal, hanya melibatkan salah satu bagian tubuh), berlangsung > 15 menit, dan atau berulang dalam waktu singkat (selama demam berlangsung).
Resiko berulangnya kejang demam adalah 10% tanpa faktor resiko, 25% dengan 1 faktor resiko, 50% dengan 2 faktor resiko, dan dapat mencapai 100% dengan ≥ 3 faktor resiko.(9)
V.            PATOFISIOLOGI
Sel dan organ otak memerlukan suatu energy yang didapat dari metabolisme untuk mempertahankan hidupnya. Bahan baku terpenting untuk metabolism otak adalah glukosa. Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sifat proses ini adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler.(2,7)
Sel memiliki suatu membran dengan dua permukaan yaitu permukaan dalam dan permukaan luar oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi Kalium dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi natrium rendah, sedangkan diluar selneuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membrane dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energy dan bahan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel.(2,7)
Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya: (2,7)
1.      Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler.
2.      Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya.
3.      Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Dan pada kondisi demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolism basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran  tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatanlistrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang.(2,7)
Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda, ini tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tubuh tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, dapat terjadi kejang pada suhu 38ºC, sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi pada suhu 40 ºC atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah; sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. (2,7)
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Namun pada kejang demam yang berlangsung lama (> 15 menit) biasanya terjadi apnea (henti nafas), meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolime otak meningkat. Rangkaian kejadian di atas merupakan faktor penyebab sehingga terjadi kerusakan neuron otak selama belangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler lalu timbul edema otak sehingga terjadi kerusakan sel neuron otak. (2,7)
Kerusakan di daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama; dapat menjadi "matang" dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi, jelaslah bahwa kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi. (2,7)

VI.            MANIFESTASI KLINIS
Terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar sistem saraf pusat, misalnya karena Tonsillitis, Bronchitis atau Otitis Media Akut. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat, dengan sifat bangkitan kejang berbentuk tonik, klonik, tonik-klonik, fokal atau akinetik.(11)
Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti untuk sesaat anak tidak memberikan reaksi apapun, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa ada kelainan neurologi.(11)
Ada 2 bentuk kejang demam, yaitu: (6,12)
1.      Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut:
    • Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
    • Kejang umum tonik dan atau klonik
    • Umumnya berhenti sendiri
    • Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
2.      Kejang Demam Komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut:
    • Kejang lama, > 15 menit
    • Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
    • Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Living Stone membagi kriteria kejang menjadi 2, yaitu: (11)
1.      Kejang Demam Sederhana / KDS
2.      Epilepsi yang Diprovokasi oleh Demam
Gejala lain yang dapat muncul seperti: (8)
o   Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang tejradi secara tiba-tiba).
o   Kejang tonik-klonik atau grand mal.
o   Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam) .
o   Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik).
o   Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit).
o   Lidah atau pipinya tergigit.
o   Gigi atau rahangnya terkatup rapat.
o   Inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya).
o   Gangguan pernafasan.
o   Apneu (henti nafas).
o   Kulitnya kebiruan.
Setelah mengalami kejang, biasanya: (8)
o   Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama 1 jam atau lebih.
o   Terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi) - sakit kepala.
o   Mengantuk.
o   Linglung (sementara dan sifatnya ringan). 
Jika kejang tunggal berlangsung kurang dari 5 menit, maka kemungkinan terjadinya cedera otak atau kejang menahun adalah kecil. (8)
Kejang demam sederhana biasanya diikuti dengan tempratur yang rendah yang dpat meningkat dengan sangat cepat hingga 39 derajat atau lebih. Bentuknya umum yaitu tonik-klonik dan berlangsung dalam bebeapa detik hingga 10 menit, dan disertai dengan periode yang singkat setelah kesakitan.(13)
VII.            DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kejang pada seorang anak yang mengalami demam dan sebelumnya tidak ada riwayat epilepsi. Suhu tubuh yang diukur dengan cara memasukkan termometer ke dalam lubang dubur, menunjukkan angka lebih besar dari 38,5o Celsius. (8) Dari anamnesa biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada naggota keluarga lainnya (ayah, ibu, atau saudara kandung). Sedangkan dari pemeriksaan fisik neurologis tidak didapatkan adanya kelainan.(6)
Pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang dilakukan pada kasus kejang demam lebih ditujukan untuk mencari penyebab terjadinya demam, antara lain: (14)
1.      Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam atau keadaan lain, misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dpat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.
2.      Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Maka tindakan pungsi lumbal dikerjakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a.       Bayi kurang dari 12, diharuskan
b.      Bayi antara 12-18 bulan, dianjurkan
c.       Bayi > 18 bulan, tidak rutin kecuali bila ada tanda-tanda meningitis.
3.      Elektroensefalografi
Tidak direkomendasikan, kecuali pada kejang yang tidak khas (misalnya kejang demam komplikasi pada usia > 6 tahun atau kejang demam fokal).
4.      Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti Computed tomography scan (CT-Scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi, seperti:
a.       Kelainan neurologi fokal yang menetap (hemiparesis)
b.      Paresis nervus VI
c.       Papiledema

VIII.            DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari kejang demam antara lain penyakit infeksi pada sistem susunan saraf seperti meningitis,ensefalitis, dan abses otak. (6)

IX.            PENATALAKSANAAN
1.      Penatalaksanaan saat kejanga
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah berhenti.Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.(6,14)
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau dirumah adalah diazepam rektal, dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,7 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untukanak dengan berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun (lihat gambar 1). (6,14)
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulangi lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan intravena waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. (6,14)
Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. (6,14)


Dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat intensif untuk diberikan anastesi umum dengan thiopental yang diberikan oleh seorang ahli anastesi. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demamnya, apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya. (6,14)

2.      Pemberian obat pada saat demam
Penatalaksanaan jangka panjang termasuk menjelaskan kepada kedua orang tua cirri-ciri serangan yang relativ tidak berbahaya pada kejang demam dan mengajarkan mereka bagaimana mengenali dan menangani serangan yang terjadi di kemudian hari; bagaimana menggunakan antipiretik secara aman dan efektif.(15)
a.       Antipiretik
Kejang demam terjadi pada saat demam, maka tujuan utama pengobatan adalah mencegah demam meningkta. Berikan Paracetamol 10mg/kgBB/hari setiap 4-6 jam atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam. Selain itu juga dapat diberikan kompres air hangat bila suhu lebih dari 39oC dan kompres air biasa bila suhu lebih dari 38oC.(6)
b.      Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam atau dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5oC.(14)
3.      Pemberian obat rumatan
Yang termasuk dalam jenis obat rumatan yaitu fenobarbital 3-4mg/kgBB/2 dosis, asam valproat 15-40 mg/kgBB dalam 2 atau 3 kali pemberian. Adapun indikasi pemberian obat adalah sebagai berikut: (2)
·         Kejang lebih dari 15 menit
·         Ada kelainan neurologiknyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemoparesis, paresis todd, serebral palsy, retradarsi mental, dan hidrosefalus.
·         Kejang fokal
·         Dipetimbangkan bila:
1.      Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
2.      Kejang terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
3.      Kejang lebih dari atau sama dengan 4 kali dalam setahun
4.      Pengobatan penyebab
Penyebab dari kejang demam baik KDS maupun Epilepsi yang diprovokasi demam biasanya adalah infeksi pada traktus respiratorius bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang tepat dan adequat akan sangat berguna untuk menurunkan demam, yang pada gilirannya akan menurunkan resiko terjadinya kejang. Secara akademis, anak yang datang dengan kejang demam pertama kali sebaiknya dikerjakan pemeriksaan punksi lumbal. Hal ini perlu untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi di otak maupun meningitis. Selanjutnya apabila menghadapi anak dengan kejang yang berlangsung lama diperlukan pemeriksaan : Punksi lumbal, darah lengkap, glukosa, elektrolit: K,Mg,Ca,Na Nitrogen darah dan fungsi hati. Pemeriksaan foto kranium, EEG, Brain Scan, Computerized Tomografi, Pneumo Encephalografi, dan Arteriografi.(11)
5.      Edukasi pada orang tua
Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara diantaranya: (14)
·         Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik
·         Memberitahukan cara penanganan kejang
·         Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
·         Pemberian obat untuk pencegahan rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek samping obat.
Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: (9)
·         Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak.
·         Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti sendok atau penggaris, karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan napas.
·         Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.
·         Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan khusus.
·         Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin tanpa menyatakan batasan menit (4).
·         Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang berat, atau anak terus tampak lemas.
Jika anak dibawa ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan dilakukan selain poin-poin di atas adalah sebagai berikut: (9)
·         Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat
·         Pemberian oksigen melalui face mask
·         Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus
·         Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan
·         Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya menganjurkan pemeriksaan ini pada anak yang mengalami kejang cukup lama atau keadaan pasca kejang (mengantuk, lemas) yang berkelanjutan.
Untuk mencegah serangan pada seorang anak dengan bawaan kejang demam, begitu anak mengalami demam yang terpenting secepat mungkin usahakan turunkan suhu badannya, dengan cara memberi obat penurun panas atau kompres. Selain itu perbanyak minum air putih.(16)

X.            KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada kejang demam adalah: (4)
·         Luka yang terjadi pada saat kejang karena terjatuh atau tidak disengaja
·         Menggigit lidahnya sendiri
·         Menghirup cairan atau aspirasi, pneumonia.
·         Luka karena kejang yang lama dan complicated
·         Efek samping dari terap pengobatan untuk mengobati dan mencegah kejang.
XI.            PROGNOSIS
1.      Kematian
Dengan penanganan kejang yang cepat dan tepat, prognosa biasanya baik, tidak sampai terjadi kematian. Dalam penelitian ditemukan angka kematian KDS 0,46 % s/d 0,74 %. (17)
2.      Terulangnya Kejang
Kemungkinan terjadinya ulangan kejang kurang lebih 25 s/d 50 % pada 6 bulan pertama dari serangan pertama. (17)
3.      Epilepsi
Angka kejadian Epilepsi ditemukan 2,9 % dari KDS dan 97 % dari Epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Resiko menjadi Epilepsi yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita KDS tergantung kepada faktor :
a.       Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
b.      Kelainan dalam perkembangan atau kelainan sebelum anak menderita KDS
c.       Kejang berlangsung lama atau kejang fokal.
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas, maka kemungkinan mengalami serangan kejang tanpa demam adalah 13 %, dibanding bila hanya didapat satu atau tidak sama sekali faktor di atas. (17)
4.      Hemiparesis
Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari setengah jam) baik kejang yang bersifat umum maupun kejang fokal. Kejang fokal yang terjadi sesuai dengan kelumpuhannya. Mula-mula kelumpuhan bersifat flacid, sesudah 2 minggu timbul keadaan spastisitas. Diperkirakan + 0,2 % KDS mengalami hemiparese sesudah kejang lama. (17)
5.      Retardasi Mental
Ditemukan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami kelainan IQ, sedang kejang demam pada anak yang sebelumnya mengalami gangguan perkembangan atau kelainan neurologik ditemukan IQ yang lebih rendah. Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, kemungkinan menjadi retardasi mental adalah 5x lebih besar.(17)

XII.            PENCEGAHAN
Kejang bisa terjadi jika suhu tubuh naik atau turun dengan cepat. Pada sebagian besar kasus, kejang terjadi tanpa terduga atau tidak dapat dicegah.
Dulu digunakan obat anti kejang sebagai tindakan pencegahan pada anak-anak yang sering mengalami kejang demam. Tetapi hal ini sekarang sudah jarang dilakukan. (8)
Kepada anak-anak yang cenderung mengalami kejang demam, pada saat mereka menderita demam, bisa diberikan diazepam (baik yang melalui mulut maupun melalui rektal). (8)


DAFTAR PUSTAKA
1.      Nelson, Waldo E. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta; ECG: 2001. hal.2059-60
2.      Hassan Rusepno, Husein Alatas. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta; Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI: 1985. hal.847-54
3.      Rauf, Syarifuddin, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Makassar; Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNHAS. hal. 103-9
4.      Goldenring, John. Febrile Seizure. [online] 2005 [cited 28 Desember 2010]; Available from: URL:http//www.midelineplus.gov
5.      Mansjoer Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta; Media Aesculaphius FKUI: 2000. hal. 434-37
6.      Suharso, Darto. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya; Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK.Unair/Dr.Soetomo: 2008. hal.56-8
7.      Anurogo, Dito. Jurus Sakti Penakluk Kejang Buah Hati. [online] 2008 [cited 28 Desember 2010]; Available from: URL:http//wwwkabarindonesia.com
8.      Fahmi,raden. Kejang Demam (Vebrile Convulsion). [onlie] 2010 [cited 7 Desember 2010]; Available from: URL:http//wwwcommunity.um.ac.id
9.      Admin2. Kejang Demam. [online] 2010 [cited 7 Desember 2010]; Available from: URL:http//wwwaappolicy.aapublication.org
10.  FKUMS. Kejang Demam (Febris Convulsi). [online] 2007 [cited 7 Desember 2010]; Available from: URL:http//www.kedokteran.ums.ac.id
11.  Admin. Kejang Demam Pada Anak. [online] 2007 [cited 7 Desember 2010]; Available from: URL:http//www.medlinux.blogspot.com
12.  Suharso, Darto. Kejang Demam. [online] 2006 [cited 7 Desember 2010]; Available from: URL:http//www.pediatrik.com
13.  Johston, Michael V. Febrile Seizures. Text Book of pediatrics 17 th Ed. California; Saunders. p.586
14.  A-Z,Midis. Anak Kejang Demam. [online] 2010 [cited 28 Desember 2010]; Available from: URL:http//www.klikdokter.com
15.  Roy Meadow , Simon Newell. Pediatrika Edisi ketujuh. Jakarta; Erlangga: 2002. hal. 112-4
16.  Selamihardja, Nenny. Tetaplah Tenang Jika Anak Anda Kejang Demam.[online] 2010 [cited 28 Desember 2010]; Available from: URL:http//www.indomedia.com/intisari
17.  Admin. Kejang Demam Pada Anak. [online] 2009 [cited 28 Desember 2010]; Available from: URL:http//www.midlinux.com


Komentar

Postingan Populer