HIRSCHSPRUNG’S DISEASE
I.
PENDAHULUAN
Penyakit
Hirschsprung’s (Megakolon Aganglionik Kongenital) adalah suatu
penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak
adekuat karena sebagian dari usus besar tidak memiliki saraf yang mengendalikan
kontraksi ototnya.1
Pada
tahun 1886 Harald Hirschsprung melaporkan dua kasus bayi meninggal dengan perut
yang gembung oleh kolon yang sangat melebar dan penuh massa feses. Penyakit ini disebut megakolon
kongenital dan merupakan kelainan yang tersering dijumpai sebagai penyebab
obstruksi usus pada neonatus. Penyakit ini ditandai dengan hilangnya sel-sel
ganglion pada lapisan otot (pleksus mienterik/pleksus Auerbach) dan sel-sel ganglion submukosa (pleksus Meissner) pada saluran pencernaan bagian
distal. Oleh karena itu, hilangnya sel-sel ganglion (aganglionosis) selalu
dimulai pada anus yang kemudian menyebar ke arah proksimal. Adanya usus yang
aganglionik menyebabkan obstruksi fungsional di mana terjadi penurunan
motilitas pada segmen usus yang terkena sehingga bagian usus yang bersangkutan
tidak dapat mengembang. Dengan kata lain, lambat laun akan terjadi dilatasi
progresif dan hipertrofi kolon proksimal yang tidak terkena (megakolon).2
Pada
morbus Hirschsprung’s segmen pendek, daerah aganglionosis meliputi rektum
sampai sigmoid, ini disebut penyakit Hirschsprung’s klasik. Penyakit ini
terbanyak ditemukan pada anak laki-laki, yaitu lima kali lebih sering dari pada anak
perempuan. Bila daerah aganglionosis meluas lebih tinggi dari sigmoid disebut
Hirschsprung’s segmen panjang. Bila aganglionosis mengenai seluruh kolon
disebut kolon aganglionik total, dan bila mengenai seluruh kolon dan hampir
seluruh usus halus disebut aganglionosis universal.2
II.
INSIDEN
III.
EPIDEMIOLOGI
Variasi
yang signifikan ditemukan pada beberapa kelompok etnis seperti 1,5 kasus per
10.000 kelahiran hidup pada ras kaukasian; 2,1 kasus per 10.000 kelahiran hidup
pada orang Afrika Amerika; serta 2,8 kasus per 10.000 kelahiran hidup pada
orang Asia Amerika.3
Beberapa
kasus penyakit Hirschsprung’s dihubungkan dengan faktor genetik. Dikatakan
bahwa seorang anak akan menderita penyakit ini apabila salah satu orang tuanya
juga mengalami kelainan ini dan risikonya lebih tinggi apabila ibu yang
mengalami kelainan.4
IV .
ETIOLOGI
Penyakit Hirschprung dapat terjadi ketika
sel-sel saraf (disebut sel ganglion parasimpatetik) yang ada di dalam dinding
usus besar (kolon) tidak berkembang sebelum kelahiran. Tanpa saraf tersebut,
bagian usus yang terkena dampak tersebut menyebabkan kemampuan relaksasi dan
pergerakan usus terganggu. Hal ini menyebabkan konstriksi dan sebagai hasilnya
usus menjadi dilatasi dan akhinya terjadi penyumbatan kotoran, sehingga
menyebabkan megakolon (pembesaran dari usus besar). Penyakit ini dapat
mengakibatkan bermacam-macam variasi dari panjang segmen usus, paling sering
meliputi sekitar regio rektum mencapai 10% dari anak-anak, akan tetapi seluruh
usus besar dan sebagian usus kecil dapat terkena.5
V. ANATOMI
1) Colon Ascendens
Dimulai dengan
caecum, yang salah satu ujungnya buntu, menghadap ke caudal dan ujung yang lain
terbuka menghadap cranial. Terletak dalam fossa iliaca dextra. Dibungkus oleh
peritoneum, letak intraperitoneal dan mudah bergerak. Pada dinding sebelah kiri
terdapat muara ileum. Mukosa pada dinding tersebut membentuk lipatan yang
dinamakan valvula ileocolica Bauhini.
Pada caecum terdapat pula muara dari processus
vermiformis (appendix). Colon ascendens melanjutkan diri ke cranial, mulai
dari setinggi fossa iliaca dextra, berada di sebelah ventral M. Quadratus
lumborum, membelok ke kiri setinggi vertebra lumbalis II, membentuk flexura
coli dextra, dan selanjutnya menjadi colon transversum.
2) Colon Transversum
Mulai dari flexus
coli dextra, berjalan melintang ke kiri melewati linea mediana, agak miring ke
cranial sampai pada tepi kanan ren sinister, di sebelah caudal lien, lalu
membelok ke caudal. Belokan ini dinamakan flexura coli sinistra, terletak
setinggi vertebta lumbalis I, difiksasi pada diaphragma thoracis oleh
ligamentum phrenicocolicum.
3) Colon Descendens
Dimulai dari
flexura coli sinistra, berjalan ke caudal, berada di sebelah ventro-lateral
polus inferior ren sinister, sebelah lateral M. Psoas major, di sebelah ventral
M. Quadratus lumborum sampai di sebelah ventral crista iliaca dan tiba pada
fossa iliaca sinistra. Kemudian membelok ke kanan ke arah ventro-caudal menjadi
colon sigmoideum.
4) Colon Sigmoideum
Berbentuk huruf
“S” dan terletak di dataran cavum pelvicum. Membuat dua lekukan dan pada linea
mediana menjadi rectum, setinggi corpus vertebra sacralis III.
5) Rectum
Merupakan bagian
caudal dari intestinum crassum, terletak retro-peritoneal, memanjang mulai
setinggi corpus vertebra sacralis III sampai anus. Anus adalah muara dari
rectum ke dunia luar.6
VI.
PATOFISIOLOGI
Aganglionosis kongenital pada usus distal
menunjukkan adanya penyakit Hirschprung. Aganglionosis mulai dari anus, dan berlanjut
secara proximal sampai panjang yang bervariasi. Kedua myenterik (Auerbach) dan
submukosal (Meissner) pleksus tidak ada, sehingga mengurangi fungsi dan
peristakik usus besar. mekanisme yang tepat barkaitan dengan perkembangan
penyakit Hirschprung tidak diketahui secara pasti.7
Pada morbus Hirschprung segmen pendek, di daerah aganglionik meliputi
rektum sampai sigmoid, ini disebut penyakit Hirschprung klasik. Penyakit ini
terbanyak 80% ditemukan pada anak laki-laki, yaitu lima kali lebih sering dari
pada anak perempuan. Bila daerah aganglionik meluas lebih tinggi dan sigmoid
disebut hirschprung segmen panjang. Bila aganglionosis mengenai seluruh kolon
dan hampir seluruh usus halus, disebut aganglionosis universal.6
VII.
DIAGNOSIS
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan dengan kontras, dan biopsi.
Pemeriksaan dengan kontras tampak pelebaran bagian proksimal usus. Biopsi pada
daerah yang dicurigai dan dinilai secara patologi anatomi. Pemeriksaan pada
neonatus dengan dugaan Hirschsprung’s baik digunakan kateter tanpa balon atau
dengan menggunakan kateter lambung disposable
sesuai dengan ukuran. Foto dibuat AP/lateral sampai pada daerah pelebaran saja.8
Makin muda
umur penderita, makin kurang ketepatan diagnosis. Demikian pula pada
aganglionosis kolon total dan aganglionosis segmen sangat pendek. Pada neonatus
sering ditemukan daerah transisi yang berbentuk terowongan yang menimbulkan
keragu-raguan.9
a)
Gambaran Klinis
Sebanyak 8% anak-anak dengan penyakit
Hirschsprung’s menunjukkan gejala dalam 6 minggu pertama kelahiran. Akan
tetapi, ada juga anak-anak dengan kelainan hanya pada segmen pendek usus yang
tidak menunjukkan gejala selama beberapa bulan atau tahun.10
Bayi baru lahir dengan penyakit Hirschsprung’s memiliki
gejala seperti:3
·
Tidak dapat
mengeluarkan mekonium dalam 24-48 jam setelah lahir
·
Distensi abdomen
(perut gembung)
·
Muntah
·
Neonatal enterocolitis
Enterokolitis antara lain
disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlebihan pada daerah kolon yang iskemik
akibat distensi berlebihan pada dindingnya. Enterokolitis dapat timbul sebelum
tindakan operasi atau bahkan berlanjut setelah operasi definitif.2
Sedangkan gejala pada anak yang
lebih besar dan orang dewasa seperti: 9
Konstipasi berat/sembelit menahun
·
Tanda-tanda obstruksi
usus berupa perut kembung
·
Muntah hijau atau
muntah fekal
Pada anak-anak dengan penyakit
Hirschsprung’s yang tidak memiliki gejala awal akan mengalami:10
§
Sepsis
§
Konstipasi yang
memburuk
§
Tinja yang kecil-kecil
dan cair
§
Hilang nafsu makan
§
Pertumbuhan yang
terhambat
Adanya feses yang menyemprot pada
colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis
nekrotikans terjadi distensi abdomen hebat dalam beberapa jam, muntah hebat dan
diare berbau busuk yang dapat berdarah.11
b)
Gambaran Radiologis
Evaluasi diagnostik sebaiknya
dimulai dengan pemeriksaan foto polos abdomen yang diikuti dengan pemeriksaan
kontras enema kolon untuk konfirmasi diagnosis.3
Gambaran radiologik foto polos
abdomen memperlihatkan tanda obstruksi usus letak rendah11 seperti dilatasi usus, gambaran udara air intraluminar,
tidak ada udara di daerah rektum dan massa mekonium yang bertumpuk di dalam
kolon 9
Teknik pemeriksaan enema barium
dapat dilakukan dengan alat suntik 50cc. Barium sebaiknya dilarutkan dengan
garam fisiologik untuk mencegah keracunan air dan disemprotkan perlahan-lahan.
Apabila daerah transisi telah kelihatan, pemeriksaan harus dihentikan.
Pemeriksaan enema barium memperlihatkan penyempitan segmen kolon yang
aganglionik, biasanya di daerah rektosigmoid, dan proksimal daerah patologis
terdapat pelebaran usus. Tampak daerah transisi antara kolon proksimal yang
melebar dan kolon distal yang sempit; daerah transisi ini dapat berupa
perubahan kaliber yang mendadak, bentuk corong atau bentuk terowongan.9
Agar tidak mengaburkan hasil, 24
jam sebelum dilakukan foto enema barium tidak boleh dilakukan colok dubur
maupun pemasangan pipa rektal. Bila foto enema barium tidak menunjukkan tanda
khas penyakit Hirschsprung’s, dilakukan foto retensi barium 24-48 jam setelah
foto enema barium pertama. Barium tampak membaur dengan feses ke arah proksimal
dalam kolon berganglion normal. Bila telah terjadi enterokolitis dapat timbul
gambaran penebalan dan iregularitas mukosa kolon.11
Selengkapnya email saja ke vesicabilliaris@yahoo.com
Komentar
Posting Komentar
mampir comment dulu sodara..