KOMA
Oleh : Rizal Tumewah
PENDAHULUAN
- Sebagian kasus
neurologi yang berat selalu disertai dengan gejala terganggunya kesadaran
dan keadaan ini merupakan kasus kedaruratan neurologi.
- Kesadaran
dibidang neurologi berbeda dengan psikiatri. Dibidang neurologi kesadaran
bersifat kuantitatif mis; seorang penderita stroke perdarahan kesadarannya
bisa menurun sampai koma, sedangkan dibidang psikiantri bersifat
kualitatif mis; seorang psikosis akan dinilai dengan istilah berkabut. Antara
kedua bidang neurologi dan psikiatri terdapat suatu keadaan yang merupakan
kombinasi yang disebut sindroma otak organik.
- Ringkasnya koma
merupakan keadaan gawat yang dapat disebabkan oleh berbagai macam
penyakit. Menentukan penyebab, memberikan terapi kausal, terapi suportif
serta perawatan umum yang adekuat merupakan kunci utama dalam
menanggulangi penderita koma.
PENGERTIAN
Kesadaran: Kemampuan mengenal dirinya dan sekitarnya. Dapat bereaksi sepenuhnya dan
adekwat terhadap rangsang visual, auditoar (bunyi) dan sensibel (nyeri).
Arousal (Waspada):
Termasuk kesadaran normal/ sadar
sepenuhnya dari berbagai stimuli dari pancaindra (aware) dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan
baik dari luar maupun dalam (wakefulness
= alertness)
Koma ringan:
Penderita dapat dibangunkan dengan rangsang nyeri
yang sedang antara lain: jarum, cubitan, tekan dasar kuku, tulang diatas mata
dll.
Koma dalam:
Penderita tak memberi respons motorik apapun
terhadap rangsang nyeri yang kuat, visual dan auditoar. Refleks-refleks batuk,
fisiologis dan patologis hilang.
Koma harus dibedakan dengan:
1.
Tidur: A changed
state of consciousness, dengan
ciri-ciri didapati; denyut nadi, frekwensi pernapasan dan tensi menurun; bola mata
keatas; refleks tendon menghilang. Tidur secara fisik mirip koma, dapat
dibangunkan dengan rangsang cukup.
2.
Anastesi: Waktu operasi terjadi penurunan kesadaran
artifisial karena obat-obatan anastesi.
3.
Hipersomnia: Keadaan ngantuk berlebihan, sukar dibedakan
dengan koma ringan.
Patofisiologi
·
Dalam
otak manusia, dikenal serabut-serabut assosiasi primer dan sekunder yang
menghubungkan pusat-pusat dalam otak yang mengalirkan berbagai fungsi luhur
secara terkoordinasi dengan sangat baik.
·
Moruzi dan Magoun (1949) menemukan struktur anatomi yang
bertanggung-jawab terhadap sistem pengelolah dan pengatur kesadaran. Bangunan
tersebut terletak di bagian tengah batang otak dan memanjang ke hipotalamus dan
talamus. Bangunan itu kemudian disebut dengan ARAS (’Ascending Retikular
Activating System’) atau lazim disebut Formatio Reticularis atau Midbrain Reticular Formation = MRF.
Penelitian neurofisiologi membuktikan, jika ARAS
dirusak akan terjadi koma yang ireversibel. Koma tidak timbul apabila dibuat
lesi destruktif pada medula spinalis, medula oblongata, serebelum dan pons
inferior.
·
Plum dan Posner (1989) menetapkan secara oprasional, dua pusat
anatomi yang mengatur kesadaran adalah korteks serebri dan batang otak.
·
Posner (1922) mengemukan bahwa batang otak atau ARAS mengatur
”tinggi-rendah” kesadaran (on-off
quality) sedang korteks serebri mengatur ”isi” (content) dari kesadaran. Secara fisiologik, keadaan bagian dari
otak ini saling isi mengisi dan saling mengaktivasi (reciprocal activation and stimulation) yang mengatur secara
optimal fungsi masing-masing.
·
Jadi
kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer serebri dan ARAS pada batang otak. Dimana terdapat
neurotransmiter yang berperan pada ARAS antara lain kolinergik, monoaminergik dan GABA.
·
Mekanisme
terjadinya koma (Satyanegara); Pusat pengontrolan terletak pada ARAS dan
Hipotalamus serta juga diatur secara langsung atau tak langsung oleh seluruh
korteks serebri (pusat kesadaran sekunder).
Pengontrolan tersebut diatur melalui 2 sistem
yaitu:
1. ”Ascending reticular”
2. ”Hypothalamic activating”.
Apabila terjadi gangguan total maupun parsial dari
mekanisme pengontolan ini, maka akan menyebabkan terjadinya gangguan kesadaran
(sistem motorik dan sensorik)
Komentar
Posting Komentar
mampir comment dulu sodara..