TRACE EVIDENCE

A.      Pendahuluan
Berdasarkan prinsip bahwa “setiap kontak meninggalkan bukti”, pakar-pakar forensik meneliti bahwa terdapat beberapa benda terkecil yang dapat dijadikan bukti.Definisi “trace” pada fase “trace evidence” adalah suatu hal problematik. Secara umum, ilmu kedokteran forensik menggunakan istilah “trace evidence” untuk menjelaskan semua bukti sekecil apapun, atau lebih khusus lagi adalah semua bukti yang dianalisis dengan menggunakan teknik mikroskopik.1,2
Sebagian besar barang bukti bersifat nyata.Secara umum merupakan bagian dari kriminal dan ditemukan pada tempat kejadian perkara. Rambut, sidik jari, cat, darah, dan jejak kaki merupakan contoh-contoh dari barang bukti.3

B.       Penemuan Barang Bukti di Tempat Kejadian Perkara
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan oleh para investigator dalam menyelidiki tempat kejadian perkara, antara lain:4
1.         Senjata aktif mungkin dapat ditemukan
Investigator harus memeriksa tubuh korban.Jika masih terdapat senjata aktif, seperti handgun, benda tersebut harus disingkirkan terlebih dahulu oleh pihak yang berwajib sebelum dilakukan pemeriksaan. Hal ini berguna untuk kepentingan dokumen penyidikan.4
2.         Kematian seseorang harus dikonfirmasi kembali
Hal ini mungkin terlihat sebagai sesuatu yang jelas, walaupun demikian ini adalah suatu langkah yang logis. Pemeriksaan meliputi: nadi, laju pernapasan, dan refleks-refleks fisiologis.4


3.         Ketika sebuah tubuh ditemukan dan diperiksa di suatu tempat, hal ini tidak berarti bahwa orang tersebut telah meninggal di tempat itu
Lokasi kematian harus ditentukan segera berdasarkan kemampuan terbaik yang dimiliki oleh investigator.Hasil pemeriksaan kadang-kadang menunjukkan hal yang tidak konsisten dengan lokasi atau posisi tubuh seseorang.Mengevaluasi livor, rigor, tanda gesekan, dan posisi umum dari tubuh penderita dapat menunjukkan bahwa korban telah dipindahkan setelah kematiannya. Penemuan ini dapat dihubungkan dengan laporan polisi.4
4.         Masalah lingkungan dapat dipertimbangkan ketika ditemukan banyak korban dalam suatu tempat
Ketika banyak korban yang ditemukan dalam suatu tempat kejadian perkara, hal ini bisa menjadi petunjuk bahwa kemungkinan telah terjadi suatu masalah lingkungan (misalnya: keracunan karbon monoksida atau oksigen). Sangat penting untuk mengonfirmasi ulang bahwa tempat kejadian tersebut aman untuk diselidiki.4
5.         Evaluasi sistemik sangat diperlukan
Evaluasi sistemik harus dilakukan dari luar ke dalam. Pemeriksaan luar secara rinci dimulai dengan menggambarkan dan mendokumentasikan segala sesuatu yang terdapat pada tubuh, antara lain:4
·           Mendeskripsikan dan mendokumentasikan tipe baju yang digunakan korban
·           Mendokumentasikan ada tidaknya obat-obatan dan alat-alat lainnya yang berhubungan dengan penggunaan obat tersebut
·           Mendokumentasikan ada tidaknya uang (jenis uang dan jumlahnya)
·           Mendokumentasikan ada tidaknya barang-barang berharga yang bersifat pribadi (perhiasan)
·           Mendokumentasikan ada tidaknya tanda pengenal (KTP, SIM, passport, atau tanda pengenal lainnya)
6.         Sangat penting untuk mendokumentasi luka-luka yang tampak jelas
Hal ini harus dilakukan oleh tenaga medis atau polisi, dimulai dari bagian kiri tubuh (kaki sampai kepala), kemudian ke sebelah kanan tubuh (dari kepala ke kaki). Bagian belakang tubuh juga didokumentasikan dengan metode yang sama.Penemuan-penemuan yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan harus didokumentasikan selama pemeriksaan dilakukan. Pada kasus-kasus kekerasan di mana bagian tubuh korban terpisah satu dengan yang lainnya, bagian tubuh tersebut harus didokumentasikan sesuai dengan posisinya sebelum dikumpulkan.4
7.         Berdasarkan dari luka-luka yang dialami korban, tempat kejadian perlu dievaluasi kembali
Sebagai contoh, jika korban ditembak dan luka tembak anterior dan posterior telah ditemukan, penyidik keudian dapat diarahkan pada lokasi kejadian yang mungkin dari tempat keluarnya peluru.4
Contoh lain, jika seorang korban ditemukan dengan jari tabuh atau barrel chest, asites dan jaundice dapat mengarahkan penyidik untuk menemukan sejumlah besar botol alkohol yang disembunyikan; atau jika ditemukan korban dengan bekas-bekas tusukan atau ekimosis pada area antecubital dapat mengarahkan pada penemuan alat-alat suntik atau alat-alat lainnya yang berhubungan.Dalam hal ini, penting untuk mencatat resep-resep obat atau penggunaan obat yang tidak diperbolehkan dari korban termasuk jumlah obat yang diresepkan dan jumlah obat yang tersisa. Informasi ini dapat digunakan untuk mengetahui riwayat pegobatan pasien, nama tenaga medis yang terakhir dikunjungi untuk konsultasi, dan berdasarkan jenis dan jumlah obat yang tersisa dapat menjadi petunjuk tentang penyebab dan cara kematian.4
8.         Mendokumentasikan perubahan post-mortem
Hal ini penting untuk mencegah misinterpretasi. Beberapa penemuan yang umumnya terdapat pada perubahan post mortem antara lain:4
·           Vesikasi: proses ini termasuk pembentukan gelembung pada kulit atau vesikel yang kemungkinan terjadi dari proses pembakaran
·           Pembusukan bagian tubuh yang tidak merata: hal ini dapat terjadi jika salah satu bagian tubuh terpajan dengan suhu atau kondisi lingkungan (misalnya sinar matahari dari jendela) yang berbeda dengan bagian tubuh lainnya
·           Distensi rectal atau vagina yang abnormal: perubahan tersebut dapat terjadi pada adanya trauma tajam dan juga nerupakan perubahan post-mortem yang normal.
·           Fraktur panas: korban yang terbakar atau terpajan dengan suhu yang tinggi dapat menunjukkan fraktur tulang yang sebelumnya tidak ada pada ante-mortem.
·           Perdarahan thermal: proses koagulasi dan akumulasi darah dapat terjadi karena panas yang memiliki kemiripan dengan perdarahan ante-mortem

jika sejawat ingin file lengkap dari referat ini, silahkan menghubungi saya lewat e-mail, vesicabilliaris@yahoo.com


-->

Komentar

Postingan Populer